Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Minta Pulang, Dokter di Daerah Perbatasan Harus Kuat!

Kompas.com - 31/03/2015, 07:30 WIB
Dian Maharani

Penulis


CILOTO, KOMPAS.com
– Indonesia merupakan negara kepuluan dengan beragam budaya di dalamnya. Setiap wilayah memiliki adat istiadat dan kondisi yang berbeda. Tak semua wilayah seperti di Jakarta atau kota besar lainnya yang fasilitasnya lengkap.

Di daerah tertinggal, berbatasan dengan negara tetangga, hingga kepulauan terluar kondisinya tak selengkap di kota besar. Air bersih tak selalu ada, listrik tak selalu menyala, hingga infrastruktur jalan sulit dilewati.

Kondisi itulah yang mungkin akan dihadapi ratusan tenaga kesehatan yang mengikuti program Nusantara Sehat oleh Kementerian Kesehatan RI. Sebanyak 144 tenaga kesehatan yang lolos seleksi akan disebar ke 120 puskesmas yang ada di 44 kabupaten dari 12 provinsi di Indonesia.

Lokasi yang akan mereka tempati di antaranya, Sabang (Aceh), Simeuleu (Aceh), Bengkulu Utara, Maluku Barat Daya, Talaud (Sulawesi Utara), Nunukan (Kalimantan Utara), Sanggau (Kalimantan Barat), Kerong (Papua), dan Boven Digul (Papua).

Sebelum diberangkatkan pada akhir April 2015 ini, mereka dibekali dengan pelatihan fisik dan mental di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto, Jawa Barat. Kemudian dilanjutkan dengan pembekalan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo-FKUI, Jakarta.

Staf Ahli Menteri Bidang Peningkatan Kemitraan dan Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan Diah Satyani Saminarsih mengatakan, pembekalan ini diberikan agar mereka bisa bertahan di daerah tertinggal dan mengembangkan pembangunan kesehatan di daerah tersebut menjadi lebih baik.

Sebab, tak tertutup kemungkinan, ada tenaga kesehatan yang menyerah di tengah jalan. Namun, Diah optimistis, sebanyak 144 tenaga kesehatan ini mampu melewati tantangan membangun kesehatan di daerah. Mereka merupakan tenaga kesehatan terpilih dari 6671 yang mendaftar di seluruh Indonesia.

“Kalau mau jadi agen perubahan, ya harus kuat. Selama 4 minggu ke depan (pembekalan) kita pastikan mereka kuat. Melihat program Pencerahan Nusantara dulu, mereka enggak ada yang minta pulang,” kata Diah di BBPK, Ciloto, Minggu (29/3/2015).

Kompas.com/Dian Maharani Sebanyak 144 tenaga kesehatan mengikuti Pembekalan TIm Nusantara Sehat di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) RI, Ciloto, Jawa Barat, Minggu (29/3/2015).

Mereka dibekali ilmu komunikasi untuk memecahkan suatu masalah dan memperbaiki perilaku masyarakat di daerah maupun sistem pelayanan kesehatan di daerah. Mereka pun boleh saja mendesak atau mengkritisi dinas kesehatan setempat hingga kepala daerah jika ada suatu masalah di Puskesmas.

Tim Nusantara Sehat akan diberangkatkan secara tim yang masing-masing kelompok terdiri dari 8 orang dengan bidang berbeda-beda. Mereka terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga gizi, tenaga kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, ahli teknologi laboratorium medik atau analis kesehatan, dan tenaga kefarmasian

.Para tenaga kesehatan muda yang berusia tak lebih dari 30 tahun ini tak bisa memilih lokasi penempatan. Mereka harus siap ditempatkan di mana pun.

“Kalau mengeluh, saya anggap Anda belum lulus,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Untung Suseno Sutarjo.

Para tenaga kesehatan yang mengikuti Nusantara Sehat ini bukan bertujuan untuk memperkaya diri secara materi, tetapi untuk mengabdi pada bangsa dengan melayani masyarakat.

Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pun mengapresiasi niat dan kerja keras para tenaga kesehatan yang sudah mendaftar Nusantara Sehat hingga lolos seleksi.

 “Saya salut sama generasi muda. Ini yang kami harapkan. Mereka mau loyal mengabdi terhadap bangsa,” kata Nila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau