Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Popcorn Microwave Sebabkan Gangguan Paru-paru?

Kompas.com - 12/01/2016, 18:00 WIB
KOMPAS.com - Anda mungkin telah mendengar "berita" baru-baru ini yang mengaitkan popcorn yang dimasak dalam microwave dapat memicu masalah paru-paru.

Penelitian awal menyebutkan bahwa perasa mentega artifisial yang dipakai dalam berondong jagung mengandung bahan kimia yang sama buruknya seperti rokok elektronik.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Environmental Health Perspectives, para peneliti menemukan bahwa 75 persen rokok elektronik beraroma mengandung diacetyl, bahan kimia penyedap yang terkait dengan penyakit pernapasan berat.

Bahan kimia tersebut sama dengan yang ditemukan di beberapa perasa mentega buatan pada popcorn.

Diacetyl dikaitkan dengan obliterans bronchiolitis  ("popcorn lung"), penyakit paru akibat peradangan dan adanya jaringan parut pada saluran udara paru-paru.

Orang dengan obliterans bronchiolitis biasanya menderita sesak napas parah dan batuk kering.

Gangguan pernapasan itu disebut sebagai "Popcorn lung" setelah mantan pekerja di sebuah pabrik popcorn microwave di Missouri terkena penyakit ini.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, pengobatan penyakit ini tak terlalu efektif. Batuk bisa sembuh dengan sendirinya setelah mereka tidak lagi terpapar uap diacetyl.

Tak heran jika orang yang terus menerus terpapar uap tersebut (seperti pekerja di pabrik mivrowave popcorn) rentan terkena penyakit ini. Tetapi risiko terkena popcorn lung bisa naik jika kita makan popcorn microwave terlalu banyak, seperti yang dilaporkan New York Times di 2007.

Pakar bronchiolitis obliterans, Cecile Rose, MD, mengatakan kita tak perlu takut mengonsumsi popcorn.

"Memakan popcorn microwave dengan mentega perasa tidak diketahui sebagai penyebab penyakit paru. Tetapi menghirup asap yang mengandung diacetyl dan bumbu mentega lainnya," katanya.

Ia menjelaskan, pasien pria yang terkena popcorn lung itu memang sering menghirup uap saat membuka kantung makanan yang dikelaurkan dari microwave. Mungkin saja itu yang jadi pemicunya. Tapi, kebanyakan dari kita tidak menghirup uap tersebut.

"Cobalah hindari menarik napas dalam-dalam ketika uap tersebut muncul saat kantung yang telah dihangatkan pertama kali dibuka, hanya supaya aman," sarannya. (Gibran Linggau)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau