KOMPAS.com — "Migrain harus dianggap sebagai penanda untuk peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, setidaknya pada wanita," kata pemimpin penelitian, Dr Tobias Kurth, Direktur Institut Kesehatan Masyarakat di Charite-Universitats Medizin di Berlin, Jerman.
Namun, Kurth memperingatkan bahwa studi ini tidak dapat membuktikan bahwa migrain menyebabkan serangan jantung atau stroke. Migrain hanya meningkatkan risikonya.
Pria juga mungkin terpengaruh dengan cara yang sama. "Kami tidak punya alasan untuk percaya bahwa ini hanya untuk wanita," kata Kurth.
Migrain adalah sakit kepala yang ditandai dengan rasa berdenyut yang intens dan sering disertai dengan mual, muntah, serta kepekaan terhadap cahaya dan suara.
Sebelumnya, migrain telah dikaitkan dengan peningkatan risiko stroke, tetapi studi baru ini juga mengindikasikan adanya kaitan antara migrain dan serangan jantung, kematian, dan kebutuhan untuk operasi jantung.
"Dokter harus menyadari hubungan antara migrain dan penyakit kardiovaskular, dan wanita dengan migrain harus dievaluasi untuk risiko itu," jelas Kurth.
Untuk penelitian ini, peneliti menganalisis data lebih dari 116.000 wanita di AS yang mengambil bagian dalam Nurses Health Study II. Para wanita tersebut berusia 25 sampai 42 tahun dan bebas dari penyakit jantung. Analisis lanjutan dilakukan pada tahun 1989-2011.
Pada awal studi ditemukan, ada 15 persen wanita memiliki migrain. Selama 20 tahun masa tindak lanjut, lebih dari 1.300 wanita mengalami serangan jantung atau stroke dan 223 meninggal karena salah satu kondisi tersebut.
Dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami migrain, wanita yang mengalami migrain memiliki risiko 50 persen lebih besar untuk mengalami serangan jantung, stroke, atau operasi untuk membuka penyumbatan arteri jantung.
Secara khusus, wanita dengan migrain memiliki risiko sekitar 39 persen lebih tinggi kena serangan jantung, risiko stroke 62 persen lebih tinggi, dan risiko harus operasi jantung 73 persen lebih tinggi, kata Kurth.
Selain itu, migrain dikaitkan dengan risiko meninggal akibat serangan jantung atau stroke 37 persen lebih tinggi.
Hasil penelitian tidak berubah setelah peneliti memperhitungkan faktor risiko lain, seperti merokok, tekanan darah tinggi, usia, dan penggunaan kontrasepsi oral.
Laporan ini telah diterbitkan pada 31 Mei lalu di British Medical Journal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.