Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/07/2020, 07:32 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Madu adalah salah satu jenis makanan yang dipercaya punya berbagai manfaat kesehatan sejak zaman kuno.

Sebuah temuan yang dipublikasikan dalam Iranian Journal of Basic Medical Sciences tahun 2013 menunjukkan bahwa madu telah digunakan oleh manusia sejak 8.000 tahun lalu.

Dalam berbagai budaya, selama berabad-abad, madu digunakan dalam keperluan pengobatan.

Baca juga: Bolehkah Minum Obat Setelah Minum Madu?

Salah satu yang paling dikenal adalah penggunaan madu dalam pengobatan Ayurveda sela sebagai obat pencernaan dan ketidakseimbangan pada tubuh.

Hingga masa kini pun, madu memang terbukti memiliki berbagai khasiat kesehatan.

Merangkum dari Healthline, madu memang dikaitkan dengan manfaat bagi tubuh seperti baik untuk kesehatan jantung, penyembuhan luka, hingga kadar antioksidan dalam darah.

Ini karena madu mengandung sejumlah vitamin, mineral, elektrolit, enzim, asam amino, dan flavanoid.

Cairan manis ini juga memiliki sifat antibakteri, antioksidan, dan anti-inflamasi yang bermanfaat bagi tubuh.

Meski begitu, mengonsumsi madu tetap ada aturannya. Terlalu banyak mengonsumsi madu bisa menyebabkan efek buruk karena kadar gula dan kalorinya yang tinggi.

Lalu, bagaimana cara paling sehat mengonsumsi madu?

Manfaat madu bisa kita rasakan dengan cara membuatnya sebagai pengganti gula dan menikmatinya dalam jumlah sedang.

Melansir dari Time.com, Para ahli menegaskan pentingnya mengonsumsi madu dalam jumlah sedang. Maksudnya, madu dikonsumsi hanya satu sendok makan saja setiap harinya.

Dalam ukuran tersebut, madu memilik 64 kalori dan 17 gram gula, termasuk fruktosa, glukosa, maltosa, dan sukrosa.

Anda bisa mencampurkan madu pada teh atau kopi, mengoleskannya pada roti, atau mencampurkannya pada sereal.

Baca juga: Seri Baru Jadi Ortu: Jangan Berikan Madu kepada Bayi Sebelum Usia 1 Tahun

Dikutip dari Medical News Today, Anda juga bisa menggunakan aturan umum dengan menggantikan satu sendok gula dengan 3/4 cup madu saat membuat kue.

Sedangkan dalam memilih jenis madu terbaik, para ahli menyarankan untuk memilih yang berwarna lebih gelap. Umumnya, warna yang makin gelap menunjukkan kadar antioksidan yang lebih tinggi.

Sayangnya, makin gelap warna madu rasanya akan lebih pahit.

Selain, dalam pemilihan jenis madu, perlu diingat untuk tidak memberikan madu kepada anak di bawah usia satu tahun.

Itu karena anak bayi dapat mengembangkan risiko botulisme, yaitu racun dari jenis bakteri tertentu yang disebut Clostridium botulinum.

Setelah usia satu tahun, sistem pencernaan manusia telah cukup siap untuk melawan racun berpotensi bahaya tersebut.

Baca juga: Selain Jamu, Madu dan Susu Juga Tingkatkan Imun Tubuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Sering Pakai Headset? Kenali Gejala Gangguan Pendengaran Sejak Dini Sebelum Terlambat
Health
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Studi: Tes Darah Ini Bisa Deteksi Kanker Tiga Tahun Sebelum Diagnosis
Health
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Dokter Bagikan Cara Menghindari Kerusakan Pendengaran Permanen Karena Pakai Headset
Health
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Kenali HFRS, Tipe Virus Hanta yang Ada di Indonesia
Health
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Masa Libur Sekolah, Penyaluran MBG Fokus pada Siswa Hadir dan Kelompok Rentan
Health
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
356 Ribu Kasus HIV Ditemukan, Kemenkes Fokus Capai Target Penanganan hingga 2030
Health
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Kylian Mbappe Keluar Rumah Sakit Setelah Alami Gastroenteritis Akut
Health
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Terapi Pengapuran Lutut Bukan Sekadar Obat, Tapi Gaya Hidup dan Fisioterapi
Health
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Dokter Ortopedi: Pengapuran Lutut Tak Bisa Disembuhkan, Tapi Bisa Diperlambat
Health
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Dokter: Obat Pengapuran Lutut Hanya Mengurangi Gejala, Tak Hentikan Kerusakan Sendi
Health
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Gastroenteritis Akut yang Dialami Kylian Mbappe Apa Gejalanya?
Health
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Dokter: Operasi Pengapuran Lutut Jadi Jalan Terakhir saat Nyeri Tak Tertahankan
Health
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Banyak Makan dan Pakai Hak Tinggi Bisa Percepat Pengapuran Lutut, Ini Kata Dokter
Health
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Dokter: Waspadai Nyeri dan Bunyi di Lutut, Bisa Jadi Gejala Pengapuran Sendi
Health
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Kylian Mbappe Sakit Gastroenteritis, Apakah Itu Berbahaya?
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau