Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/06/2024, 08:32 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Ketika usia terus bertambah tanda penuaan akan terlihat jelas di kulit berupa keriput. Nyatanya, bukan cuma kulit yang mengkerut tetapi otak kita pun akan mengecil dan menyebabkan penurunan fungsi yang disebut dengan demensia.

Otak yang mengalami penurunan volume atau ukuran secara berlebihan akan meningkatkan risiko perkembangan demensia (kepikunan). Kondisi ini terjadi karena faktor penuaan, terjadi secara lambat dan tidak bisa dikembalikan menjadi normal.

Dijelaskan oleh Dr.dr.Gea Pandhita Sp.N, walau kita tidak bisa mencegah proses pengerutan otak, tetapi fungsinya bisa tetap dijaga agar tidak terlalu turun.

"Penurunan fungsi otak ini ada yang berjalan lambat ada yang cepat. Itu sebabnya tidak semua orang lanjut usia akan mengalami Alzheimer. Penurunan yang berlebihan merupakan kondisi pra demensia," papar dr.Gea dalam acara media diskusi yang digelar oleh RS.Pondok Indah Jakarta (13/6/2024).

Ada beberapa jenis demensia, namun yang paling banyak adalah Alzheimer. Kondisi ini mayoritas dialami oleh orang berusia di atas 65 tahun.

Baca juga: Peneliti: Banyak Lemak Visceral Tingkatkan Risiko Penyakit Alzheimer

Penderita Alzheimer akan mengalami penurunan fungsi kognitif yang meliputi sulit mengingat, menurunnya kemampuan berbahasa, hingga pengambilan keputusan. Mereka juga kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya dilakukan seperti tiba-tiba lupa menyalakan kompor.

"Jika ada dua gejala tersebut waspadai Alzheimer, apalagi kalau ditambah dengan gangguan perilaku dan emosional, misalnya jadi gampang curiga atau tersinggung," papar dr.Gea.

Mencegah Demensia Alzheimer

Untuk memperlambat penurunan fungsi otak, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan, mulai dari melakukan deteksi dini kesehatan otak.

Pemeriksaan ada tidaknya demensia bisa dilakukan dengan pengisian kuesioner terstandar yaitu Mini Mental State Examination (MMSE) yang memiliki 11 item penilaian.

Ada pula pemeriksaan fisik berupa MRI untuk mengetahui volume area otak hipocampus dan pembuluh darah otak. Pemeriksaan yang lebih mendalam termasuk PET/Scan untuk melihat apakah ada deposit plak di sel otak yang jadi penyebab demensia. Jika ada gejala demensia, dokter akan memberikan obat untuk memperlambat pengecilan volume otak.

Baca juga: Tidak Siap Mental Bisa Picu Demensia Jemaah Haji Lansia

Menurut dr.Gea, kita bisa menekan risiko demensia Alzheimer dengan mengendalikan penyakit yang mengganggu aliran darah ke otak seperti hipertensi, diabetes, atau obesitas.

"Tingkatkan aktivitas yang bisa menstimulasi otak, seperti membaca, mengisi TTS, mengaji bagi yang muslim, hingga belajar hal baru agar otak terus dipakai," paparnya.

Rutin berolahraga 30 menit setiap hari juga disarankan karena akan meningkatkan aliran darah ke otak. Tak kalah penting adalah tidur cukup dan berkualitas setiap malam.

"Saat kita tidur malam, tubuh akan memproduksi hormon melatonin yang fungsinya adalah memperbaiki sel-sel, termasuk sel otak. Hormon ini produksinya sangat tinggi pada jam 9 malam sampai jam 3 pagi," katanya.

Dengan menjalani gaya hidup sehat ini, termasuk memperhatikan pola makan, kita bisa memperlambat terjadinya penurunan fungsi otak sehingga masa tua dapat dijalani dengan lebih berkualitas.

Baca juga: Pernah Kena Stroke Tingkatkan Risiko Demensia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau