Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Kanker Ovarium akibat Pemakaian Bedak pada Organ Kewanitaan

Kompas.com - 08/07/2024, 07:56 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Pemakaian bedak talk pada organ kewanitaan perlu dihindari karena bisa meningkatkan risiko kanker ovarium. Peringatan tersebut disampaikan International Agency for Research on Cancer (IARC), badan kanker di Bawah WHO.

Peringatan tersebut dihasilkan setelah badan tersebut melakukan pemeriksaan sejumlah bukti yang mengindikasikan kaitan antara penggunaan bedak tabur talk dan risiko kanker.

Talk, mineral alami yang biasa digunakan dalam produk seperti bedak bayi, telah menjadi fokus penyelidikan IARC.

Meskipun sebagian besar orang terpapar talk melalui produk konsumen seperti bedak bayi dan kosmetik, lembaga tersebut menyoroti bahwa paparan paling signifikan terjadi selama penambangan, pemrosesan, atau pembuatan barang-barang berbahan dasar talk.

Beberapa studi yang dilakukan IARC secara konsisten mengindikasikan banyaknya insiden kanker ovarium pada Wanita yang menggunakan bedak talk di organ intimnya.

Namun, badan tersebut mencatat adanya tantangan dalam menentukan hubungan sebab akibat secara pasti karena potensi kontaminasi sampel talk dengan asbes yang juga jadi penyebab kanker.

Belum lama ini, raksasa kosmetik dan farmasi Johnson & Johnson setuju membayar $700 juta untuk menyelesaikan tuduhan bahwa perusahaan tersebut melakukan pemasaran yang menipu atas keamanan produk-produk berbahan dasar talk.

Meskipun menarik produk-produk ini dari pasar Amerika Utara pada tahun 2020, perusahaan tidak mengakui melakukan kesalahan.

Baca juga: Chanel, Revlon dan LOreal Tak Lagi Pakai Talek dalam Kosmetiknya

Kanker ovarium merupakan pertumbuhan sel-sel yang terbentuk di ovarium. Sel-sel berkembang biak dengan cepat dan dapat menyerang atau menghancurkan jaringan tubuh yang sehat.

Sistem reproduksi wanita mengandung dua ovarium, dengan satu di setiap sisi rahim. Masing-masing ovarium seukuran almond, yang menghasilkan sel telur (ovum), hormon estrogen, dan homor prosgesteron.

Adapun pengobatan dari penyakit ini biasanya dilakukan pembedahan dan kemoterapi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau