Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbedaan Menstruasi Normal dengan Endometriosis Menurut Ahli

Kompas.com - 04/11/2024, 18:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan endometrium yang sejatinya melapisi bagian dalam rahim tumbuh di luar rahim.

Dilansir dari Healthline, jaringan ini dapat tumbuh di berbagai tempat, seperti ovarium, tuba falopi, dinding luar rahim, bahkan organ lain, seperti usus dan kandung kemih. Tanda endometriosis yang khas adalah nyeri haid yang tajam dan perdarahan berat.

Walau begitu, penyakit ini sering terlambat dikenali karena banyak yang menganggap nyeri dan perdarahan dalam volume banyak saat haid adalah hal yang wajar. Faktanya, mestruasi normal berbedan dengan endometriosis.

Baca juga: Mengenali Gejala Endometriosis yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi dr. Febrian Andhika Adiyana, Sp.OG menjelaskan, perbedaan menstruasi normal dengan endometriosis bisa dilihat dari durasi, intensitas, dan lokasinya.

"Menstruasi normal biasanya hanya menimbulkan nyeri ringan yang masih bisa ditoleransi dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari," kata dr. Febrian kepada Kompas.com, Senin (4/11/2024).

Sementara pada penderita endometriosis, menurut Andika, nyeri pada masa PMS maupun menstruasi cenderung lebih intens dan terjadi terus-menerus. Keluhan ini bisa membuat seorang wanita lemas, bahkan jatuh pingsan.

Andhika kemudian menerangkan bahwa lokasi nyeri haid penderita endometriosis tidak hanya di sekitar perut, melainkan bisa menyebar ke area lain seperti punggung bawah atau panggul.

Selain itu, endometriosis dapat menyebabkan menstruasi tidak teratur, seperti muncul flek di luar siklus haid atau perdarahan hebat yang tidak dapat diprediksi.

"Gejala lain endometriosis bisa termasuk nyeri saat buang air besar, buang air kecil, atau saat berhubungan," imbuh dokter spesialis kandungan yang berpraktik di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo tersebut.

Baca juga: Apa Itu Endometriosis dan Konsekuensinya Terhadap Kehamilan

Apakah endometriosis bisa sembuh total?

Menurut dokter Febrian, endometriosis tidak dapat disembuhkan total. Masalah yang menyerang organ reproduksi wanita ini bahkan bisa kambuh, walaupun sudah diobati.

"Endometriosis memang kondisi yang sulit untuk benar-benar sembuh karena bisa saja kembali setelah pengobatan. Namun, gejalanya bisa sangat diminimalkan dengan beberapa opsi perawatan," ujarnya.

Adapun perawatan yang bisa dijalani oleh penderita endometriosis, yaitu bisa dengan obat-obatan, misalnya pil KB, progestin, atau agonis GnRH untuk menekan pertumbuhan endometriosis.

Kemudian untuk operasi, dokter lulusan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu mengatakan bahwa bisa dengan laparoskopi yang bertujuan untuk mengangkat jaringan endometriosis bagi kasus yang lebih berat.

Pendekatan lain yang bisa diupayakan agar penderita dapat beraktivitas normal, yaitu terapi nyeri, perubahan gaya hidup, dan diet atau pola makan yang dapat mengurangi peradangan dan nyeri.

Baca juga: Gaya Hidup Tidak Sehat Tingkatkan Risiko Kanker Endometrium

Apakah wanita dengan endometriosis bisa hamil?

Menurut dokter Andhika, kemungkinan hamil masih ada, namun perlu pendekatan khusus dan terapi yang tepat sesuai tingkat keparahan endometriosisnya.

"Kasus endometriosis sedang-berat, laparoskopi bisa dilakukan untuk mengangkat lesi endometriosis. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi di sekitar organ reproduksi, sehingga peluang kehamilan bisa meningkat," tuturnya.

Sementara, pada kasus endometriosis yang berat, bisa diupayakan dengan bayi tabung (IVF).

Andhika menjelaskan, IVF bekerja dengan menumbuhkan embrio di luar tubuh, kemudian ditanamkan ke rahim. Tujuan prosedur ini yaitu mengurangi pengaruh lingkungan di sekitar rahim yang terganggu oleh endometriosis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau