KOMPAS.com - Hal-hal yang cenderung menjadi fokus orangtua antara lain nilai akademik atau diterima di perguruan tinggi, sebenarnya adalah ukuran pencapaian. Kebanggaan terhadap suatu prestasi mungkin akan menimbulkan perasaan bahagia, namun itu jelas bukan satu-satunya cara untuk mencapai kebahagiaan.
"Faktanya, upaya orang tua untuk menjamin kebahagiaan anak sering kali menjadi hal yang paling membuat anak tidak merasa bahagia," kata psikolog Doug Bolton.
Ia mengatakan, orangtua sering menganggap ada sesuatu yang salah ketika anak-anak mereka tidak bahagia. Orangtua merasa tertekan ketika melihat anaknya sedang stres sehingga perlu segera bertindak.
"Seringkali, ketika kita melakukan intervensi untuk menghilangkan kesusahan anak, kita justru merampas kesempatan mereka untuk belajar menoleransi masalah dan mengembangkan kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan dalam situasi sulit," katanya.
Bolton mengatakan, resiliensi justru akan membantu seseorang merasakan kebahagiaan.
Baca juga: Benarkah Gaya Parenting Bisa Menyebabkan Anak ADHD
Dengan kata lain, anak butuh untuk menghadapi berbagai rentang emosi, termasuk kesedihan, kekecewaan, dan frustasi, agar mereka bisa menjalani kehidupan yang orangtua anggap sebagai bahagia.
Fokus berlebihan orangtua pada prestasi anak adalah hambatan lain. Tekanan untuk sukses dapat membuat anak merasa bahwa kasih sayang ayah ibunya bersyarat, bahwa mereka dihargai karena apa yang mereka lakukan, bukan karena siapa mereka.
"Dalam pola asuh dan praktik pendidikan, kita cenderung menilai seseorang berdasarkan hal-hal di luar dirinya untuk menganggap ia berharga, seperti pencapaian nilai, jumlah likes di media sosial, atau partisipasi dalam berbagai tim kompetisi. Hal-hal ini bisa memberikan kebahagiaan sesaat, tetapi justru merusak kebahagiaan jangka panjang," kata Bolton.
Sebagai contoh, anak mungkin merasa bangga sesaat karena mendapatkan nilai bagus dalam ujian, tetapi tekanan untuk terus mempertahankan nilai tinggi bisa menyebabkan kecemasan dalam jangka panjang.
Untuk membantu anak-anak kita menjalani kehidupan bahagia, cobalah berfokus untuk membangun ketahanan dan hubungan sosial melalui kebiasaan kecil sehari-hari.
Baca juga: Wajarkah Orangtua Punya Anak Favorit?
Berikut adalah beberapa kebiasaan kecil yang bisa dilakukan orangtua untuk meningkatkan kesejahteraan mental anak:
Baca juga: Fase Krusial, Ini 5 Faktor Penting yang Pengaruhi Pertumbuhan Remaja
1. Hubungan sosial
Anak-anak yang punya hubungan sosial yang kuat cenderung punya emosi positif.
Psikolog anak Ariana Hoet mengatakan, punya ikatan yang berkualitas dengan teman dan keluarga akan membantu anak memiliki kesehatan mental yang baik dan membuatnya lebih bahagia.
Hubungan sosial adalah kebalikan dari isolasi sosial, yang membuat orang-orang dari segala usia mengalami kecemasan dan depresi, serta masalah kesehatan lainnya.
"Kegiatan seperti makan bersama keluarga, main musik bareng, atau bersepeda keliling lingkungan bersama teman, adalah contoh interaksi yang membantu anak merasa terhubung dengan komunitas tempat mereka berada," katanya.