Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2015, 10:19 WIB
KOMPAS.com - Jangan sepelekan nyeri pada bagian pinggang. Tanpa kita sadari, nyeri tersebut bisa menunjukkan adanya perubahan struktur pembentuk pinggang. Bahkan, jika tidak diobati nyeri pinggang bisa menjadi kronik dan membuat penderitanya tak bisa beraktivitas.

Hal tersebut juga dialami Neneng (58) yang awalnya tak menganggap serius nyeri yang hilang timbul di bagian pinggangnya. Lama kelamaan, nyeri di bagian pinggang bawahnya menjadi hebat dan mempengaruhi kemampuan geraknya.

"Rasanya sakit sekali. Jangankan untuk berdiri, berjalan dan duduk lama saja tidak bisa. Sehari-hari saya hanya bisa rebahan. Waktu itu selama sebulan sakitnya saya biarkan. Untuk ke kamar mandi saja harus dibantu anak," kata warga Depok ini.

Baca juga: Sekjen Hipmi Sebut Jet Pribadi yang Digunakan Bahlil untuk Mudik Lebaran Dibayar dengan Dana Pribadi

Tak kuat menahan sakitnya, sebulan kemudian Neneng berobat ke rumah sakit. Dokter mendiagnosis sumber sakitnya ada pada sendi facet di ruas tulang belakangnya.

"Nyeri di sendi facet ini terjadi karena adanya inflamasi. Gejala khasnya adalah kalau dibuat bergerak terasa sakit," kata dr.Mahdian Nur Nasution, spesialis bedah saraf dari Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Jakarta, yang menangani Neneng.

Untuk nyeri seperti itu, menurut Mahdian tindakan fisioterapi justru akan menambah sakit. "Pada nyeri sendi facet yang kronis bisa terjadi perlengketan," katanya.

Baca juga: Rencana Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia, Muhammadiyah: Hanya Hitungan Bulan, Harus Dikembalikan Lagi

Neneng lalu mendapatkan terapi radiofrekuensi atau tindakan pemanasan saraf di daerah sendi facet. Pemanasan dilakukan menggunakan teknologi radiofrekuensi pada saraf yang dituju sehingga saraf tersebut tidak lagi menghantarkan sinyal nyeri ke otak secara permanen.

Menurut Mahdian, tindakan radiofrekuensi tersebut dianjurkan bagi pasien yang tidak memberi respon terhadap terapi lain.

"Kalau nyeri sendi facetnya akut atau belum terlalu lama, terapi ini bisa memberi kesembuhan permanen seperti pada ibu Neneng. Sedangkan kalau kronis perlu beberapa kali tindakan, tapi pada tindakan pertama bisa mengurangi sakitnya sampai 50 persen," paparnya.

Penyebab lain

Baca juga: Benarkah Paracetamol Bisa Sebabkan Kerusakan Hati dan Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Guru Besar UGM

Pinggang merupakan bagian yang sangat penting karena berfungsi sebagai penumpu atau penyokong berat tubuh bagian atas. Nyeri pada bagian ini bisa disebabkan oleh cedera akibat aktivitas yang berlebihan atau pun pertambahan usia.

Nyeri pinggang memang tampak sederhana tetapi dapat sulit diobati. Ada lebih dari 60 hal yang bisa menyebabkan nyeri di bagian pinggang.

Selain karena faktor penuaan, postur tubuh yang salah dan kegemukan juga bisa memicu nyeri pinggang. Tetapi ada beberapa penyebab yang sering tidak teridentifikasi, misalnya gangguan sendi, bantalan tulang (discus), sendi panggul, dan saraf terjepit.

Baca juga: 8 Manfaat Minum Air Rebusan Jahe, Kunyit, dan Serai, Bisa Redakan Penyakit Apa?

"Penyebabnya bermacam-macam tapi keluhannya bisa sama, yaitu nyeri pada pinggang bawah. Karena itu perlu diagnosis yang tepat agar tindakannya juga tepat," kata Mahdian.

Ia menambahkan, dokter biasanya sudah bisa mengetahui penyebab nyeri dengan menanyakan pada pasien pola nyerinya dan juga pemeriksaan fisik. Meski begitu terkadang diperlukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen atau USG.

"Kalau untuk MRI hanya jika penyebabnya tidak kelihatan jelas dan dokter curiga ada sesuatu. Tetapi pemeriksaan ini mahal," katanya.

Meski nyeri pinggang merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita, tapi tak sedikit orang yang membiarkan nyerinya menetap bertahun-tahun (kronik) karena nyerinya hilang timbul.

Meski masih ada kemungkinan sembuh, nyeri kronik seringkali sulit diobati, bahkan setelah diterapi dengan berbagai obat atau pun pembedahan. Jadi, jangan remehkan sakit pinggang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau