Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontrasepsi Ideal Pasca-melahirkan

Kompas.com - 23/09/2010, 15:31 WIB

Kompas.com — Memilih alat kontrasepsi yang cocok pasca-melahirkan ternyata cukup pelik bagi sebagian besar ibu. Di satu sisi mereka tak ingin segera hamil kembali namun mereka juga khawatir jika kontrasepsi yang dipilih malah mengurangi produksi ASI. Akibatnya banyak ibu muda yang malas berhubungan seks dengan suami karena khawatir hamil lagi.

Menurut Prof dr Biran Affandi, Sp OG, kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu menyusui adalah yang tidak menekan produksi ASI. Untuk itu, tersedia beberapa pilihan, yakni kontrasepsi yang ditanam dalam rahim (IUD) atau biasa disebut spiral dan sterilisasi. "Namun, untuk pasangan yang baru punya satu anak biasanya tidak mau jika disteril," katanya.

Pilihan lain adalah penggunaan kondom, KB implan yang bisa bertahan hingga tiga tahun, suntik tiga bulanan serta pil mini yang hanya berisi hormon progesterone saja. Metode kontrasepsi tersebut biasanya akan berpengaruh pada pola haid, yakni hanya keluar bercak saja atau tidak haid sama sekali.

Selain kontrasepsi hormonal, masih ada pilihan kontrasepsi alami, yakni dengan menyusui secara eksklusif selama enam bulan. "Bayi yang menyusu selama total satu jam setiap harinya akan merangsang pengeluaran hormon prolaktin di otak ibu sehingga mencegah terjadinya ovulasi," kata dr Biran di sela acara Hari Kontrasepsi Sedunia yang diadakan oleh Bayer Schering Parma di Jakarta, Kamis (23/9/2010).

Efektivitas menyusui cukup tinggi selama memenuhi sejumlah syarat, yakni menyusui bayi secara eksklusif, menyusui minimal 12 kali sehari, belum haid, serta bayi masih berusia di bawah enam bulan. Bila Anda sudah mendapat haid, segeralah beralih ke motede KB lainnya, yakni IUD, implan, suntik atau pil mini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com