Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebatang Rokok Sudah Terlalu Banyak

Kompas.com - 10/12/2010, 07:12 WIB

Kompas.com - Jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa orang yang sesekali merokok atau merokok ketika ada teman (social smoking) lebih aman daripada pecandu rokok. Sebuah studi membuktikan sebatang rokok pun sudah cukup untuk menyumbat pembuluh darah Anda dan memicu serangan jantung.

Kanker paru biasanya paling ditakuti para perokok dan memang penyakit ini berkembang sangat lama, bisa puluhan tahun. Namun, laporan terbaru menyebutkan asap tembakau bisa meracuni tubuh dengan seketika, begitu lebih dari 7000 zat kimia dalam rokok menyebar ke dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan selular di seluruh organ.

"Hembusan asap yang pertama dihisap bisa jadi penyebab serangan jantung Anda atau orang lain, para perokok pasif. Karena itu sebisa mungkin hindari berada di sekitar orang yang merokok," kata ahli bedah umum Regina Benjamin.

Dalam laporan terbarunya, para ahli bedah memperingatkan kembali pada publik akan bahaya tembakau, setelah tahun 1964 untuk pertama kalinya dipublikasi bahaya rokok bagi kesehatan.

Asap rokok akan merembes masuk ke dalam pembuluh darah dan mengubah kimiawi di dalamnya sehingga darah menjadi lebih lengket, sehingga mulai terbentuk sumbatan di dalam pembuluh darah. Makin lama dan makin sempit, makin rentanlah orang tersebut terkena serangan jantung.

"Harus berapa laporan ahli yang dibutuhkan anggota Kongres di Amerika untuk melarang rokok? Sepertiga dari pasien yang sekarang ada di rumah sakit adalah akibat dari rokok," kata Dr.K.Michael Cummings, seorang pakar nikotin.

Dalam laporan itu disebutkan tidak ada batas aman paparan asap rokok, baik itu secara sengaja menghirup atau bukan perokok yang bernapas di sekitar perokok. Ini berarti, social smoking, yang sesekali merokok di suatu acara atau saat bergaul, bisa saja terkena serangan jantung jika pembuluh darahnya diam-diam sudah tersumbat.

"Kebanyakan orang merasa sesekali merokok tidak berbehaya. Namun faktanya tidak demikian," kata Dr.Terry Pechacek dari pusat pencegahan dan pengendalian penyakit di AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com