Jakarta, Kompas -
”Radikal bebas meningkat pada kasus malaria falciparum. Terjadi penurunan level plasma antioksidan pada penderita falciparum malaria akut,” ujar Dr dr Susy Tjahjani, MKes, peneliti dari
Universitas Kristen Maranatha yang memaparkan studi tersebut dalam acara Simposium Nasional VI Litbangkes Kementerian Kesehatan bertajuk ”Merajut Karya Ilmiah, Peduli Kesehatan Bangsa”, beberapa waktu lalu.
Susy mencontohkan, dalam sebuah penelitian, anak di Nigeria yang menderita malaria, level plasma vitamin C mereka menurun dan level plasma lipid peroxide yang bertanggung jawab terhadap kerusakan jaringan dalam kasus malaria meningkat.
Rangkaian aktivitas parasit malaria, antara lain, menghasilkan serum, antara lain TNF-alfa, interleukin 6, ICAM1 yang berperan dalam terjadinya radikal bebas. Padahal, radikal bebas pada dasarnya merupakan racun bagi manusia. Radikal bebas tersebut berkontribusi meningkatkan parasitemia atau jumlah parasit dan mendorong terjadinya kerusakan jaringan.
Dalam studi yang dilakukan Susy dan rekan-rekannya, antioksidan dari buah merah dapat mengurangi respons biomolekuler yang berkaitan dengan malaria parah dalam dosis tertentu. Khasiat buah merah itu diujicobakan pada tikus yang menderita Berghei malaria sebagai model dari malaria falciparum pada manusia.
Buah merah mengandung senyawa karotenoid, tokoferol, betakaroten, alfa-tokoferol, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan dekanoat. Kandungan itu dapat mengurangi radikal bebas dan menahan kerusakan jaringan. Dalam dosis tertentu, parasitemia menurun setelah diberikan buah merah.