KOMPAS.com — Perempuan yang memiliki tinggi badan di atas rata-rata berisiko kanker lebih besar dibandingkan dengan orang yang posturnya pendek (kurang dari 155 sentimeter). Mereka yang tingginya di atas 175 cm berisiko kanker 37 persen lebih tinggi.
Penelitian itu dilakukan terhadap lebih dari satu juta perempuan di Inggris dalam sebuah studi yang meneliti kaitan antara tinggi badan dan insiden 17 jenis kanker. Secara umum, untuk setiap kenaikan tinggi badan 10 cm, risikonya meningkat 16 persen.
Namun, perlu diingat, sesungguhnya risiko terkena kanker pada kelompok jangkung tidaklah sebesar itu. Misalnya, dari setiap 1.000 perempuan dari kelompok jangkung (tinggi 173,8 cm) akan ada 10 yang didiagnosis kanker setiap tahunnya. Sementara itu, dari kelompok yang tingginya sedang (160 cm) ada delapan yang didiagnosis kanker. Ini berarti ada tambahan 2 diagnosis per 1.000 wanita dari kelompok tinggi badan di atas rata-rata.
Penelitian berskala besar yang dilakukan oleh tim dari Universitas Oxford ini juga memasukkan faktor risiko lain terhadap kejadian kanker, seperti status sosial ekonomi dan kebiasaan merokok.
Meski demikian, Cancer Research, Inggris, mengatakan, perempuan yang termasuk jangkung tak perlu khawatir dengan hasil penelitian tersebut. Walau memang tinggi badan berkontribusi pada risiko kanker, ada faktor lain yang lebih berperan yakni riwayat keluarga dan gaya hidup.
Tinggi badan memang tidak bisa diubah, tetapi mengadopsi gaya hidup sehat, berolahraga secara teratur, menjauhi alkohol, dan berhenti merokok merupakan cara yang sudah terbukti bisa mengurangi risiko terkena kanker.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.