Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jasamarga

Jamu Bukan untuk Pengobatan

Kompas.com - 04/10/2012, 08:52 WIB

Jakarta, Kompas - Pemahaman publik terhadap manfaat jamu masih pada pengobatan. Padahal, karena efeknya berjangka panjang, konsumsi jamu sebenarnya lebih untuk mencegah penyakit.

”Serahkan pengobatan yang diharapkan berdampak langsung pada obat-obat kimia,” kata Heru D Wardhana, ahli jamu dari PT Martina Berto, Martha Tilaar Group, di Jakarta, Rabu (3/10), pada seminar ”Jamu Sebagai Cara Murah Hidup Sehat”.

Narasumber lain, Dewita Agus dari perusahaan Mustika Ratu, menyebutkan, jamu saat ini diusahakan masuk layanan kesehatan nasional terhadap lima jenis penyakit, di antaranya hipertensi atau tekanan darah tinggi, asam urat, kolesterol, dan diabetes melitus.

Baca juga: Dewi Yull Ungkap Satu Pesan pada Anak-anaknya agar Tak Membenci Ray Sahetapy Usai Bercerai

”Namun, tetap ditekankan bahwa mengonsumsi jamu adalah untuk pencegahan, bukan pengobatan,” kata Dewita.

Terkait potensi bahan baku jamu, dari 30.000 jenis flora, baru 2.000 jenis yang teridentifikasi. Yang digunakan untuk tanaman obat tak lebih dari 800 jenis.

”Perusahaan kami memanfaatkan 125 jenis tanaman,” kata Heru, yang berperan mengelola Kampoeng Djamoe Organik, kawasan penanaman 600 jenis tanaman bermanfaat kesehatan.

Butuh riset

Baca juga: Manfaat Daun Sirih Merah untuk Kesehatan yang Sudah Terbukti Secara Ilmiah

Peneliti tanaman obat Mangestuti Agil dari Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga, Surabaya, mengatakan, masih butuh banyak riset pemanfaatan ramuan obat tradisional. Di antaranya, peran mantra/doa serta larangan yang menyertai temuan ramuan, komposisi ramuan yang asli sesuai literatur, dan takaran bahan penyusun ramuan.

”Untuk penyembuhan, penggunaan ramuan tradisional itu ada doa atau mantra-mantranya, yang belum mendapat perhatian,” ujar Mangestuti.

Heru mengatakan, tanaman obat adalah komoditas prioritas terakhir. Fokusnya pada tanaman pangan, buah dan sayuran, serta tanaman hias. (NAW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Cara dan Syarat Dapatkan Diskon Pertamax Rp 300 per Liter!
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau