JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah pemuda Indonesia yang tergabung dalam Jaringan Pengendalian Dampak Tembakau, Minggu (11/10), mendeklarasikan komitmen untuk lepas dari berbagai bentuk penjajahan yang dilakukan oleh industri rokok.
Deklarasi itu merupakan bentuk pernyataan kekecewaan mereka terhadap pemerintah yang dinilai telah gagal memberi perlindungan kepada masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, dengan membiarkan Indonesia menjadi sampah nikotin dan menjadi koloni industri rokok asing melalui penanaman modal asing produk rokok seperti yang dilakukan Philip Morris dan BAT.
Selain itu, deklarasi yang dilaksanakan di Gedung Kebangkitan Nasional Stovia, Jakarta, itu juga dilakukan dalam rangka menyambut Hari Sumpah Pemuda yang akan diperingati pada 28 Oktober 2009. Deklarasi itu didukung oleh Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, serta sejumlah ormas kepemudaan, mahasiswa, dan pelajar.
Ketua Komnas Pengendalian Tembakau FA Moeloek menilai, industri rokok di Indonesia saat ini seolah-olah telah menjadi malaikat penebar kebaikan. Keterlibatan industri rokok yang agresif di ruang beasiswa pendidikan, kesenian, dan olahraga, menurutnya, seakan-akan telah menjadi satu-satunya penyelamat napas kehidupan para siswa, seniman, serta atlet dalam berkreasi dan berprestasi.
"Hal ini merupakan bentuk penjajahan nonfisik dengan korban utama remaja dan anak-anak Indonesia sebagai target jangka panjangnya," katanya.
Menurut dia, korban dari generasi muda yang ditimbulkan oleh industri rokok di Indonesia sudah teramat banyak, baik berupa kemiskinan, kebodohan, kesakitan, maupun penjajahan adiksi nikotin rokok dan hancurnya generasi muda yang tidak mempunyai masa depan. Karena itu, industri rokok di Tanah Air seharusnya ditiadakan.
"Momen Kebangkitan Nasional Sumpah Pemuda bulan ini harus dimaknai kembalinya roh kebangkitan generasi muda bangsa Indonesia tanpa rokok," ujarnya.
Deklarasi yang dibacakan oleh sejumlah wakil dari para pemuda itu menyerukan penyelamatan generasi muda bangsa dari kebodohan, kemiskinan dan kesakitan akibat penjajahan adiksi nikotin oleh industri rokok, pelarangan total iklan, promosi, dan sponsor rokok, serta memperjuangkan terwujudnya peraturan perundang-undangan tentang pengendalian dampak tembakau.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.