Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalau Penis Si Buyung Terlalu Imut

Kompas.com - 06/04/2011, 14:35 WIB

KOMPAS.com — Mikropenis atau ukuran penis yang terlalu kecil merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak-anak. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir ini, kasusnya terus meningkat. Untuk mengetahui apakah anak Anda juga mengalami kondisi ini, lakukanlah pemeriksaan sedini mungkin.

Mikropenis berasal dari kata mikro yang berarti kecil dan penis yang berarti alat kelamin luar laki-laki. Menurut dr Aditya Suryansyah Semendawai, SpA, sekitar 4 dari 10 pasien yang berobat kepadanya adalah pasien yang mengalami mikropenis.

Walaupun ukuran penis amat bervariasi, dr Adit mengatakan bahwa ada rentang normal ukuran penis pada bayi baru lahir, yakni 2,5 cm-3 cm.

"Pada usia 8-10 tahun biasanya ukuran penis berkembang menjadi 4-5 cm," kata dokter anak dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Kita Jakarta ini.

Pemeriksaan secara sederhana dan kasatmata memang dapat dilakukan dengan cara  membandingkan ukuran penis sang buah hati dengan anak lain yang sebaya. Namun untuk memastikan, sebaiknya para orangtua memeriksakan anaknya ke dokter.

"Pemeriksaannya harus sungguh-sungguh karena ada anak yang memang montok sehingga penisnya jadi tertutup lemak," kata Aditya.

Penyebab mikropenis pada anak secara umum adalah faktor kegemukan. "Pada anak yang terlalu gemuk, penisnya memang jadi terlihat kecil karena tertutup lemak perut. Karena itu, dilihatnya harus dalam posisi tidur," papar dokter yang mendalami bidang endokrinologi ini.

Penyebab lainnya adalah memang karena ukurannya kecil atau ada gangguan hormonal sehingga pertumbuhan penisnya tidak optimal. "Yang kasihan jika anaknya sudah kegemukan, penisnya pun dari lahir kecil. Ini bisa jadi masalah serius," ujarnya.

Penis anak memang akan berkembang seiring dengan pertambahan usia dan tumbuh kembangnya. Akan tetapi, kebanyakan orangtua merasa khawatir jika aktivitas seksual anaknya di usia dewasa kelak akan terganggu andaikata ukuran kemaluannya terlalu kecil.

Penanganan mikropenis, menurut Adit, harus dilakukan berdasarkan pendekatan per kasus. Namun, penanganannya tidak boleh hanya berdasarkan keinginan orangtua, tetapi sesuai masalah anak.

"Jika hasil pemeriksaan mengindikasikan adanya kelainan pada organ seksualnya, maka itu memang harus diterapi. Namun, sebagian besar alasan orangtua adalah kosmetik saja agar anaknya tidak minder," katanya.

Mikropenis biasanya diatasi melalui terapi pemberian hormon testosteron. "Maksimal adalah empat kali pemberian hormon dalam tiga minggu. Biasanya hasilnya sudah bagus. Pemberian hormon yang berlebihan juga tidak bagus," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau