Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguap Bisa Menular?

Kompas.com - 08/11/2011, 10:08 WIB

KOMPAS.com - Ketika tubuh lelah atau otak memerlukan oksigen untuk tetap bekerja, kita akan menguap untuk mengikat lebih banyak oksigen dalam darah. Uniknya, jika kita melihat orang lain menguap atau bahkan hanya dengan membaca tulisan "menguap", kita pun seolah-olah tertular, ikut menguap.

Menurut hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Child Development, kemampuan orang untuk tertular ini terkait dengan kemampuan sosialnya. Psikolog dari Universitas Connecticut meneliti 120 anak usia 1-6 tahun.

Pada saat membacakan sebuah cerita, pembaca akan berhenti dan menguap di depan anak-anak. Kurang dari 10 persen anak berusia di bawah 4 tahun membalasnya dengan ikut menguap. Pada anak yang lebih tua, respon menguap sangat signifikan terjadi, yaitu 35-45 persen.

"Kita mengetahul bahwa kehidupan sosial anak berkembang setelah beberapa tahun pertama," ujar Molly Helt, ketua penelitian tersebut, seperti dikutip laman Scientific American.

Dari penelitian tersebut diketahui, walaupun anak balita sangat sensitif terhadap ekspresi orang lain, otaknya belum dapat meniru orang lain secara tidak sadar. Pada orang dewasa hal ini lebih sering terjadi.

"Pada beberapa poin, kita seperti mengambil emosi orang lain tanpa pernah terpikirkan sebelumnya," ujarnya.

Pada penelitian kedua, para peneliti menggunakan anak-anak pengidap autisme sebagai partisipan dengan menggunakan skenario yang sama. Hasilnya, para ahli menemukan bahwa anak kecil pengidap autis tidak tertular menguap. Hanya 11 persen dari partisipan yang berumur 5-12 tahun yang tertular. Hal ini sangat berbeda pada anak-anak normal dengan umur sama, yakni terdapat 43 persen anak yang ikut menguap.

Walaupun anak autis tidak memiliki masalah dalam mengidentifikasikan ekspresi orang lain, otak mereka tidak dapat meresponnya. "Mereka tidak mengembangkan hubungan emosional dengan orang-orang di sekitarnya secara otomatis," ujarnya.

Helt juga mengatakan, hubungan antara kondisi otak yang mengatur kehidupan sosial pada tahun-tahun pertama kehidupan anak dapat diaplikasikan untuk mengetahui dan mencegah anak terkena autisme atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau