Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyakit Batu Empedu

Kompas.com - 16/03/2012, 13:16 WIB

Kompas.com - Setelah melakukan operasi selama 60 menit, akhirnya tim dokter kepresidenan berhasil mengangkat kandung empedu Ibu Negara Kristiani Herawati Yudhoyoni di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Jumat (16/3).

Menurut ketua tim dokter kepresidan, Brigjen TNI Aris Wibudi, ibu Ani melakukan operasi dengan metode kolesistektomi laparoskopik yang menggunakan teleskop untuk mengambil empedu melalui lubang kecil di perut. Dalam masa pemulihan, dokter melarang Ibu Ani mengonsumsi makanan berlemak.

Sebanarnya apakah penyakit batu empedu itu? Menurut penjelasan Dr.Ari Fahrial Syam, Sp.PD, penyakit yang memiliki gejala khas nyeri ulu hati itu disebabkan akibat adanya peradangan pada kandung empedu.

Batu empedu berbentuk seperti kristal, dengan variasi ukuran dari butiran pasir sampai lebih besar dari bola golf. "Jika dianalisa lebih lanjut batu kandung empedu terdiri dari batu kolesterol dan batu pigmen," katanya.

Batu empedu yang menyumbat duktus sistikus, yaitu saluran yang menghubungkan kandung empedu dengan saluran empedu pusat, bisa menimbulkan sakit dan kadang peradangan. Serangan sakitnya biasanya mendadak dan berlangsung sampai beberapa jam.

Jika muncul rasa sakit terus menerus pada perut sebelah atas, segera periksakan ke dokter untuk mencaritahu apakah terjadi gangguan empedu.

"Melalui pemeriksaan USG perut dapat diketahui apakah ada peradangan baik akut maupun kronis pada kandung empedu tersebut. Pemeriksaan ini juga untuk mengetahui ada tidaknya pelebaran saluran empedu," papar pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Di lihat dari faktor usia, sekitar 20 persen kasus gangguan kandung empedu terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun dan lebih banyak dialami kaum wanita. "Jarang yang berusia di bawah 30 tahun," imbuhnya.

Resiko lain untuk terjadinya batu kandung empedu antara lain obesitas, diabetes, kadar kolesterol HDL (kolesterol baik) yang rendah, trigliserida yang tinggi, tekanan darah yang tinggi, dan juga dengan gula darah yang tinggi. Diet tinggi lemak dan tinggi kolesterol dan rendah serat serta penurunan berat badan yang mendadak juga bisa menyebabkan terbentuknya batu kandung empedu.

Pasien dengan peradangan kandung empedu akut perlu dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotika sistemik. "Kandung empedu yang bermasalah apalagi ada batu di dalamnya biasanya memang kandung empedu tersebut harus diangkat," paparnya.

Melalui teknik laparoskopi seperti yang dilakukan ibu negara, masa rawat pasien pun lebih pendek sehingga komplikasi pasca operasi menjadi minimal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau