BALI, KOMPAS.com - Banyak orang beranggapan diare tidak akan berakibat serius. Penyakit ini tidak terlalu menakutkan dibandingkan tumor, kanker, atau diabetes. Sebagian orang tua saat mendapati anaknya terserang diare terkadang menganggap sebagai penyakit biasa.
Namun, menurut Badan PBB untuk anak-anak (UNICEF), diare merupakan penyakit mematikan bagi anak. Jikalau tidak berakibat kematian, diare bisa mengakibatkan infeksi berulang yang sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Perwakilan UNICEF untuk Indonesia, Angela Kearney saat ditemui dalam acara East Asia Ministerial Conference on Sanitation and Hygiene (EASAN) III yang berlangsung di Nusa Dua, Bali, Selasa (11/9/2012) mengatakan penyakit diare pada anak sangat serius dampaknya. Anak akan mengalami kekurangan cairan, tubuhnya mengalami dehidrasi, sangat mempengaruhi nutrisi dan otak sehingga anak sulit berkonsentrasi saat belajar.
Data UNICEF menyebutkan, angka kematian anak di bawah usia lima tahun di Asia Pasifik dan Timur sangat tinggi. Sekitar 20 tahun lalu, angka kematian anak mencapai 2,2 juta. Tetapi pada tahun 2012 ini, jumlah tersebut berhasil diturunkan lebih dari 1 juta, tepatnya 694.000 kematian atau secara signifikan turun 68 persen selama 20 tahun.
Dr. Robin Nandy dari UNICEF menambahkan, sekitar 150.000 anak di bawah usia lima tahun di Indonesia meninggal karena penyakit diare. Jika anak tidak mengalami kematian, diare bisa terjadi secara berulang kepada anak-anak. Akibatnya, anak sulit tumbuh tinggi, kurang nutrisi, dan kurang konsentrasi untuk belajar.
Nandy mengatakan, penyebab maraknya penyakit diare di Indonesia karena sanitasi tidak layak serta sulitnya mendapatkan air bersih. Untuk mengetaskan penyakit ini, menurutnya, ada tiga hal yang perlu dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat.
"Pertama harus ada kebijakan pemerintah yang mendukung sanitasi layak dan akses air bersih. Kedua, masalah pengadaan fasilitas misalnya seperti toilet bersama sehingga orang tidak BAB sembarangan lagi. Terakhir, dua hal tadi sulit tercapai jika tidak ada perubahan prilaku menuju hidup bersih dan sehat," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.