Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2013, 16:26 WIB

KOMPAS.com - Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Namun penyakit TB pada anak belum dianggap masalah kesehatan penting meski prosentasenya cukup tinggi. Di Indonesia jumlahnya mencapai 8,2 persen dari seluruh kasus TB sepanjang 2012.

Spesialis anak dr. Wahyuni Indawati mengatakan, kesulitan mendiagnosis TB pada anak merupakan salah satu alasan yang paling umum mengapa masalah ini sering tidak diperhatikan.

"TB masih dianggap penyakit yang harus didiagnosa dengan melihat bakteri pada dahak. Padahal pada anak, bakteri pada dahak seringkali tidak banyak sehingga hasil laboratorium memberikan hasil false negatif," jelasnya.

Meskipun tidak menular, lanjut Wahyuni, TB pada anak sangat berbahaya. Pasalnya TB anak menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang besar. Bahkan, anak bisa menjadi sumber penularan saat mereka dewasa karena bakteri Mycobacterium tuberculosis penyebab TB bisa nonaktif selama bertahun-tahun.

"Infeksi kuman TB tidak harus langsung menjadikan penyakit TB. Kuman TB akan mengendap di tubuh anak bila ketahanan tubuh anak baik. Namun jika tidak ada penanganan, kuman ini tetap ada hingga ia dewasa. Suatu saat bila ketahanan tubuhnya melemah, ia akan menderita TB dan menularkan ke orang lain," papar Wahyuni dalam Seminar Media bertajuk "Tuberkulosis pada Anak dan Nilai dari Vaksinasi" yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Selasa (23/4/2013) di Jakarta.

Untuk meningkatkan kepedulian pada TB anak, menurut Wahyuni diperlukan peningkatan kecurigaan apabila terdapat kontak erat dengan pasien TB dewasa dan didapatkan gejala sesuai TB. Terlebih, jika anak sudah menunjukkan tanda-tanda tertentu, seperti demam lebih dari dua minggu, batuk lama lebih dari tiga minggu, lesu, napsu makan turun, terjadi kontak erat dengan pasien TB paru dewasa, dan teraba benjolan di leher.

"Memperbaiki perhatian terhadap TB anak dapat memperbaiki keberhasilan pelayanan kesehatan TB secara keseluruhan. Karena angka kejadian TB anak menggambarkan keberhasilan pelayanan kesehatan TB," pungkas Wahyuni.

Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Profesor dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro mengatakan, tiga puluh persen anak-anak masa kini adalah generasi yang akan memegang kendali pemerintahan di masa yang akan datang. Maka penanganan penyakit pada anak, termasuk TB, perlu semakin diperhatikan. Pada anak pencegahan paling efektif adalah melalui vaksinasi BCG.

Kasus baru tuberkulosis di Indonesia mencapai 300.000 orang setiap tahun. Namun, jumlah riilnya diperkirakan jauh lebih besar karena banyak pengobatan tuberkulosis yang dilakukan di layanan kesehatan swasta tidak dilaporkan ke pemerintah.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau