Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/04/2013, 17:43 WIB

Kompas.com - Jaringan saraf dalam otak sangat halus dan mudah robek, memar, atau rusak akibat tekanan. Dalam kondisi normal, jaringan saraf dilindungi oleh tulang tengkorak. Terjadinya benturan mendadak dalam suatu kecelakaan bisa membuat perlindungan tersebut hilang.

Cedera kepala biasanya disebabkan oleh kecelakaan di jalan raya, pabrik, terjatuh, atau serangan fisik. Kecelakaan merupakan penyabab utama kematian pada orang-orang di bawah usia 44 tahun.

"Trauma pada otak bisa menyebabkan perdarahan yang berakhir fatal atau kematian. Pecahnya pembuluh darah atau perdarahan akan mengakibatkan korban meninggal lebih cepat," kata dr.Pukovisa, Spesialis Saraf dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ia menjelaskan, ada beberapa mekanisme terjadinya trauma pada kepala. Pertama adalah benturan yang merusak otak secara langsung, benturan yang menyebabkan reaksi radang (inflamasi) hebat dan terus berproses hingga merusak otak, dan terakhir adalah peningkatkan volume darah dalam rongga otak.

"Karena rongga otak tidak mungkin bertambah besar, maka peningkatan volume akan menekan batang otak. Padahal bagian ini sangat vital untuk pusat kesadaran, pengatur pernapasan, dan pengatur denyut jantung," paparnya.

Kefatalan akibat cedera kepala bisa dikurangi dengan penggunaan helm bagi pengendara sepeda motor dan saat berolahraga, topi keras, serta pelayanan gawat darurat yang lebih baik.

Menggunakan helm dengan pengamanan penuh (full face) akan mencegah terjadinya benturan pada kepala serta menekan risiko perdarahan jika terjadi trauma kepala.

Penanganan

Penangangan gawat darurat diperlukan bagi korban kecelakaan dengan trauma pada kepala. Menurut dr.Roslan Yusni Hasan, spesialis bedah saraf dari RS. Mayapada Tangerang, daerah leher wajib menjadi perhatian saat mengamankan korban kecelakaan dengan trauma kepala.

"Prinsipnya bila korban menderita trauma kepala harus beranggapan ada trauma juga pada lehernya. Sedapat mungkin leher jangan digerakkan," kata Roslan.

Daerah leher adalah salah satu jalan nafas. Benturan yang menyebabkan tulang leher luka atau patah akan menyebabkan jalan nafas terganggu sehingga menyebabkan kematian dengan cepat.

"Sebelum korban dipindahkan dari area kecelakaan, daerah leher harus diberi pengaman sehingga leher tidak terkulai atau tertekuk ke satu sisi yang bisa menyebabkan patah," katanya.

Ditambahkan oleh Pukovisa, jika korban menggunakan helm sebaiknya helm jangan dilepas. Pelepasan helm dikhawatirkan akan menggerakkan leher dan mengakibatkan patah tulang leher.

"Bila ingin memberi udara sebaiknya kaca helm dibuka sedikit dan jangan membiarkan orang berkerumun di sekitar korban. Selanjutnya bisa dilakukan pengecekan jantung, paru, dan otak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau