KOMPAS.com - Beberapa gangguan selama kehamilan bisa membuat seorang ibu hamil diminta untuk bedrest alias beristirahat total di tempat tidur. Namun penelitian terbaru menyebutkan, bed rest mungkin kurang efektif mencegah kelahiran prematur.
Selama berpuluh tahun para dokter telah menyarankan bed rest, meski sebenarnya belum ada bukti ilmiah yang kuat mengenai manfaat bed rest.
Sebagian kalangan juga menilai bed rest bisa menyebabkan efek samping bagi calon ibu, baik dari sisi emosional atau pun finansial karena membuat seorang wanita terpaksa tidak bekerja. Saat ini diperkirakan 1 dari 5 ibu hamil terpaksa bed rest, baik sepanjang kehamilan atau pada beberapa waktu.
"Selama ini bed rest dianggap sebagai tindakan yang murah, tidak berbahaya, dan rekomendasi yang masuk akal," kata Dr.Joseph Biggio dari Universitas Alabama di Birmingham.
Dalam dua analisa terpisah mengenai studi yang sudah dilakukan, tiga dokter obgyn yang melakukan analisa ini menyebutkan bahwa tidak etis meminta seorang wanita hamil untuk bed rest kecuali dalam rangka penelitian.
Lantas, mengapa masih banyak dokter yang menyarankan pasiennya untuk bed rest? Alasan utamanya adalah karena memang tak banyak terapi yang bisa dilakukan untuk mencegah kelahiran prematur dan komplikasi lain.
Dalam penelitiannya, Dr.Catherine Spong, spesialis maternal-fetal dari National Institute of Health, menganalisa beberapa studi yang melibatkan para ibu hamil dengan risiko tinggi karena memiliki leher rahim pendek.
Bed rest adalah istilah umum yang tidak hanya berarti berbaring sepanjang hari di tempat tidur. Selama terapi ini, dokter bisa juga menyarankan pasien untuk membatasi aktivitasnya, mulai dari aktivitas seksual, bekerja, atau bahkan tidak boleh mengerjakan hal lainnya.
Hampir 40 persen dari 646 wanita hamil dalam penelitian ini diminta membatasi kegiatannya di trimester kedua dan ketiga kehamilan, baik kegiatan seksual, bekerja, atau pekerjaan rumah tangga.
Hasilnya, 37 persen wanita yang menjalani bed rest melahirkan bayi prematur, dibandingkan dengan 17 persen ibu hamil yang tak menjalani bed rest.
"Hasil studi ini menunjukkan bed rest tidak mencegah kelahiran sebelum waktunya pada populasi berisiko tinggi. Tetapi ini memang tidak menjawab secara tegas pertanyaan besarnya," kata Spong.
Efek negatif bed rest juga dipertanyakan. Studi lain menyebutkan bahwa bedr est justru meningkatkan rasa cemas dan stres para ibu, kondisi yang berkaitan dengan kelahiran prematur dan berat lahir bayi rendah.
Selain itu, bed rest juga bisa meningkatkan risiko pembekuan darah, selain juga berkurangnya kekuatan otot dan tulang.
Para dokter dalam The American College of Obstetricians and Gynecologist mengatakan bahwa bed rest seharusnya tidak menjadi rekomendasi rutin untuk mencegah persalinan prematur. Pasien juga sebaiknya bertanya secara mendalam kepada dokter mengenai efek positif dan negatif dari bed rest.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.