Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sunat pada Wanita Tak Ada Manfaatnya

Kompas.com - 12/06/2013, 17:36 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com -
Sunat atau khitan pada wanita masih menimbulkan kontroversi. Sebagian masyarakat menganggap, sunat pada wanita sama berguna layaknya pada pria.

Namun dari sudut pandang medis, sunat wanita sebenarnya tidak banyak manfaatnya, melainkan lebih banyak efek negatifnya. Kasus yang menimpa bocah perempuan asal Mesir belum lama ini misalnya, adalah bukti bahwa prosedur sunat pada perempuan bisa mengundang maut.? Suhair al-Bata'a perempuan berusia 13 tahun meninggal dunia saat disunat di sebuah desa terpencil di Provinsi Daqahliya, di timur laut Kairo.

Menurut urolog dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr. Arry Rodjani, Sp.U, sunat pada wanita berbeda dengan pria, baik dari segi prosedur maupun kegunaannya. Oleh sebab itu pula, ia tidak menyarankan prosedur sunat pada wanita karena lebih banyak risiko serta dampak buruknya.

"Sunat pada wanita tidak manusiawi. Wanita dan pria berbeda, tidak bisa disamakan pada semua hal," katanya yang dihubungi Selasa (11/6/2013).

Arry menjelaskan, kalaupun dilakukan, sunat pada kaum wanita hanya merupakan formalitas. Prosedur sunat pada wanita dilakukan dengan menggores bagian ujung klitoris. Hal ini berbeda dengan sunat pada pria yang memotong bagian ujung kulit penis.

Pada pria, prosedur sunat dapat mendatangkan manfaat di antaranya dapat menurunkan risiko terkena infeksi penyakit saluran kemih, herpes kelamin, human papilloma virus (HPV), dan kanker penis.

Sedangkan tindakan sunat pada wanita, menurut beberapa penelitian ilmiah, justru akan menimbulkan dampak negatif, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Salah satunya adalah penelitian dari IPFF (2001) dan studi dari Raymond, Mohamus A dan Ali N (2010) yang dikutip dalam buku Khitan Perempuan : Dari Sudut Pandang Sosial, Budaya Kesehatan dan Agama?menyebutkan bahwa sunat wanita dapat menimbukan beberapa risiko serius di antaranya pendarahan yang dapat mengakibatkan shock dan kematian, tetanus, gangrene, kerusakan organ seksual, retensi urin, disfungsi seksual, disfungsi haid, infeksi saluran kemih, inkontinensia urin hingga trauma psikologis.

Arry menegaskan, jika tetap dilakukan, sunat pada wanita dikhawatirkan dapat mengganggu gairah seksualnya ketika beranjak dewasa. Penurunan gairah pada wanita dapat terjadi dikarenakan hilangnya daerah yang sensitif pada organ seksual.

Sunat pada wanita, kata dia, tidak mendatangkan manfaat karena tak berpengaruh pada risiko penularan penyakit. Hal ini dikarenakan saluran pembuangan dan kelamin pada wanita berbeda.

Menurut Arry, sunat pada wanita hanya mungkin dilakukan bila terjadi kelainan kongenital atau kelainan bawaan. Misalnya, ada kulup yang begitu lebar yang menutupi bagian paling sensitif atau pun bentuk klitoris yang terlalu besar.

"Itupun kita melakukan bedah rekonstruksi, yang dilakukan bersama dokter bedah plastik. Saya sendiri menyatakan tidak ada manfaat nyata pada sunat wanita," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau