"Jika orangtua menonton TV di waktu senggang mereka, anak juga akan melakukannya," ujar peneliti dari University of Pennsylvanis's Annenberg Public Policy Center in Philadephia ini.
Studi ini menganalisis hasil survei yang melibatkan 629 dewasa dan 1.550 orangtua yang memiliki anak usia balita, 6-11 tahun, dan 12-17 tahun. Mereka ditanyai soal kebiasaan mereka menonton TV, termasuk durasinya dalam sehari.
"Secara umum, kami menemukan durasi orangtua menonton TV sangat berhubungan kuat dengan anaknya," ujar Bleakley.
Sayangnya, studi yang dipublikasi dalam jurnal Pediatics ini belum dapat secara jelas menentukan program yang ditonton peserta survei. Seperti diketahui, tidak semua program TV baik untuk anak. Ada program yang berpotensi memicu anak untuk melakukan aktivitas berbahaya.
Selain itu, menurut Russ Jago, profesor aktivits fisik anak dan kesehatan masyarakat di Universitas Bristol, Inggris, duduk di depan TV terlalu lama bisa meningkatkan risiko obesitas dan penyakit, baik pada anak maupun pada orang dewasa.
"Namun, ada juga program yang bermanfaat bagi anak karena anak bisa belajar melalui media yang berbeda," ujarnya.
Menurut Jago, menonton TV sebenarnya bukanlah hal yang buruk, tetapi dibutuhkan moderasi untuk melakukannya. Studi ini memberikan pencerahan untuk menentukan target potensial intervensi pengurangan waktu menonton TV anak.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan durasi menonton TV untuk anak tidak lebih dari dua jam sehari. Bahkan untuk anak di bawah 2 tahun, sebaiknya tidak menonton TV sama sekali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.