Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/07/2013, 13:36 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


KOMPAS.com — Para wanita kini punya kebiasaan baru dalam menenteng tas. Bukan digantung di pundak, melainkan di bagian dalam siku dengan merek menghadap luar. Meski tampak gaya, kebiasaan tersebut bisa membuat tendon meradang.

Tendon adalah ujung otot yang melekat pada tulang. Peradangan pada tendon dan persendian dalam dunia kedokteran disebut dengan istilah tendinitis. Gangguan ini biasanya terjadi di sekitar siku, bahu, pergelangan tangan, dan tumit.

"Tendinitis terjadi karena gerakan yang dilakukan berulang-ulang, olahraga berlebihan, atau membawa beban dalam jumlah berat dalam waktu lama sehingga terjadi tarikan pada tendon," kata Laura Djuriantina, Sp KFR, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Rumah Sakit Pondok Indah, di Jakarta, Selasa (23/7/2013).

Selain itu, pekerja yang mengutamakan kegiatan fisik dengan pengulangan gerakan, posisi tak biasa, banyak getaran, dan pengerahan tenaga berlebihan, juga harus mewaspadai gangguan ini.

Pada awalnya, tendinitis mungkin hanya menyebabkan nyeri ringan saat digerakkan, tetapi lama-kelamaan nyerinya semakin sering muncul, ada pembengkakan, merah, dan rasa panas. "Semuanya merupakan tanda-tanda inflamasi atau peradangan," kata Laura.

Jika tidak ditangani, tendinitis dapat menjadi kronik dan menyebabkan keterbatasan anggota gerak. Misalnya, saat bahu baru diangkat sedikit, langsung terasa nyeri, padahal seharusnya bahu bisa bebas bergerak ke arah mana pun.

Dien Hermiyati (61) adalah salah satu pasien tendinitis. Beberapa bulan terakhir, ia menderita rasa nyeri di bagian siku dalamnya dan tangannya menjadi sulit digerakkan.

"Sudah bertahun-tahun saya punya kebiasaan menenteng tas di siku kiri, padahal isi tas saya termasuk berat," katanya.

Contoh kasus tendinitis lainnya adalah cedera yang dialami oleh pemain sepak bola asal Brasil, Kaka, yang terkena tendinitis hingga harus absen bermain.

Pengobatan

Meski terkesan tidak berbahaya, tendinitis yang tidak dirawat dengan tepat bisa berujung pada kerusakan tendon, kondisi serius yang butuh penanganan lebih lanjut berupa pembedahan.

Menurut Laura, pengobatan awal tendinitis adalah mengistirahatkan bagian tubuh yang meradang, gunakan kompres es untuk mengurangi bengkak, pemberian obat-obatan antinyeri, atau terapi fisik.

Tetapi, pada tahap kronik, selain pembedahan, kini tersedia metode menggunakan terapi gelombang kejut bertekanan tinggi (RSWT).

"Metode RSWT akan merangsang jaringan-jaringan saraf untuk mengaktifkan mekanisme penghalang nyeri," kata Laura.

Kelebihan metode ini dibanding pembedahan adalah pengobatan relatif cepat dan efektif serta efek sampingnya rendah karena meminimalkan penggunaan obat.

RSWT juga dapat dipakai untuk mengatasi masalah nyeri pada bagian otot rangka, berbagai nyeri pada kaki, sampai luka dan penyembuhan patah tulang yang terlambat.

Peradangan pada tendon dan otot sebenarnya bisa dicegah dengan tidak membebani tubuh melebihi kapasitasnya. "Otot dan tendon punya regangan maksimal. Daripada membawa satu tas tapi terlalu berat, lebih baik bawa dua tas sehingga bebannya terbagi," paparnya.

Untuk mereka yang rutin berolahraga, sangat penting untuk melakukan pemanasan atau peregangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau