KOMPAS.com - Jika Anda pernah mengalami kesemutan atau mati rasa khususnya pada ibu jari, tengah, telunjuk, dan separuh sisi luar jari manis, bisa jadi itu tanda dari penyakit carpal tunnel syndrome (CTS).
Penyakit ini memang kurang begitu terkenal, tetapi sesungguhnya kasusnya cukup banyak dan sering terjadi pada pekerja kantoran yang dalam kesehariannya terlalu sering menggunakan tangan untuk melakukan tugas tertentu secara berulang-ulang.
"Penyebabnya repetitive injury. Trauma ringan yang dilakukan selama puluhan tahun, seperti misalnya mengetik dengan teknik yang salah," kata Dr. Eka Musridharta, Sp.S (K) KIC dari Departemen Neurologi FKUI- Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
CTS atau biasa disebut sindroma terowongan karpal adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di daerah pergelangan tangan. Apabila terkena saraf sensorik, maka hal tersebut akan mengganggu pergerakan dari ketiga jari (ibu jari, telunjuk, tengah dan manis).
"Penyakit ini paling sering diderita oleh sekretaris, dokter gigi, dan montir yang dalam pekerjaannya sering menggunakan pergelangan tangan. Tapi paling banyak sekretaris," jelasnya.
Eka menceritakan bahwa ia pernah menangani pasien dengan CTS, yang bekerja sebagai sekretaris. Sebut saja Ratih (40), nama samaran. Pertama kali datang, Ratih merasakan bahwa permukaan jarinya baal, khususnya pada ibu jari, jari telunjuk, dan tengah.
"Kalau misalnya lagi pegang sesuatu Ia tidak bisa merasakan apa-apa. Bahkan tidak bisa membedakan panas dan dingin. Tapi jari yang lain bisa," cerita dr. Eka.
Eka juga menambahkan, salah satu ciri khas yang umumnya dialami pasien dengan CTS (termasuk Ratih) adalah terbangun pada malam hari akibat kesemutan pada tangan.
Tetapi hal ini biasanya akan membaik dengan melakukan sedikit peregangan pada pergelangan tangan yang mengalami kesemutan.
Apa yang dialami Ratih lanjut Eka hanyalah contoh dari bentuk CTS ringan. Tetapi meskipun ringan, kondisi tersebut dapat memengaruhi aktivitas pekerjaan seseorang karena gerakan ke tiga jari (jempol, telunjuk dan tengah) menjadi terganggu.
"Kalau yang berat bisa sampai lumpuh dan harus dioperasi. Operasinya kecil dan risikonya rendah asal dikerjakan oleh tenaga yang ahli," bebernya.
Untuk pasien dengan CTS, yang terpenting adalah bagaimana supaya mencegah agar penyakitnya tidak kembali kambuh. Usahakan segala bentuk aktivitas fisik yang menggunakan pergelangan dilakukan dengan posisi yang ergonomis.
Eka mengatakan bahwa dengan semakin banyaknya pekerja kantoran yang menggunakan komputer sebagai alat kerja, jumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan masalah pada pergelangan tangan juga semakin meningkat.
Pada pekerja kantoran yang dalam melakukan aktivitas pekerjaan (seperti mengetik) lebih sering melakukan kesalahan secara berulang dan terus menerus selama lebih dari 5 tahun, memiliki risiko lebih besar terkena CTS.
“Usahakan jangan melakukan gerakan yang salah tadi. Kalau perlu memakai sarung tangan khusus untuk menjaga posisi pergelangan tangan tetap normal saat mengetik atau melakukan pekerjaan lainnya," ucapnya.
Eka menjelaskan, diagnosis CTS perlu dipastikan dengan pemeriksaan yang disebut elektromiografi (EMG). Alat tersebut lanjut Eka, akan ditempelkan ke jari pasien untuk diberikan rangsangan listrik, guna memeriksa fungsi sarafnya, apakah ada perburukan atau tidak.
"Kalau hasil pemeriksaan EMG sangat buruk atau sudah mulai ada kelumpuhan dapat disarankan untuk dilakukan pembedahan," terangnya.
Pengobatan dengan obat-obat anti radang yang diminum cukup efektif untuk mengatasi CTS yang ringan. Tapi jika upaya tersebut tidak berhasil, maka pengobatan yang terbaik adalah operasi. (*)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.