KOMPAS.com — Pada kasus lahirnya kembar parasit di Bandung, diketahui ada bayi parasit pada mulut bayi yang sempurna. Bahkan bayi parasit yang keluar dari dalam mulut anak pasangan Aep Supriatna (36) dan Yani Mulyani (33) warga Kampung Cikadu, Desa Ciroyom Hilir, Kecamatan Cipendeuy, Kabupaten Bandung Barat, itu mungkin tidak hanya satu. Bagian Humas Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung mengindikasikan bayi yang telah diberi nama Ginan Septian Nugraha ini kemungkinan besar kembar tiga.
Namun begitu, sejauh ini belum diketahui pasti apakah bayi parasit ini menutupi mulut bayi sempurna. Posisi ini dapat menentukan kapan pemisahan sebaiknya dilakukan.
Menurut pendapat dr Rosalina Dewi Roeslani SpA(K), spesialis anak dari Divisi Perinatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, jika posisi bayi parasit menutupi mulut sebagai tempat masuknya makanan minuman bayi sempurna, pemisahan perlu segera dilakukan.
"Kalau bayi yang kondisinya sempurna tertutup mulutnya oleh parasit sehingga tidak bisa makan, maka harus segera dipisahkan," ungkap dr Rosi (sapaan akrab dr Rosalina) saat ditemui Kompas Health di Jakarta, Selasa (24/9/2013).
Untuk mempertahankan kondisi bayi, yang disebut bayi risiko tinggi seperti ini, mungkin saja bisa mengandalkan infus untuk asupan makanan minumannya. Namun, bayi tidak bisa terus-menerus diberikan infus.
Dr Rosi memaparkan, untuk kasus bayi Ginan, bila mulutnya tertutup semua maka Total Parenteral Nutrition (TPN) rata-rata bisa diberikan. Namun pemberian TPN saja tanpa minum akan menimbulkan efek samping.
Ia melanjutkan, bayi membutuhkan 120 kalori per hari untuk tumbuh. Pemberian TPN lewat infus biasanya hanya memberikan kebutuhan kalori 80-100 kalori per harinya. Jadi, bayi kembar parasit tidak bisa hanya mengandalkan infus untuk memenuhi asupan makanan minumannya.
"Penggunaan TPN terlalu lama juga bisa menimbulkan gangguan hati. TPN minimal memenuhi kebutuhan basal, tapi itu pun hanya setengahnya. Bayi tidak bisa tumbuh jika hanya mengandalkan TPN," jelasnya.
Namun kalau makanan minuman bisa masuk ke tubuh bayi melalui bantuan selang ke lambung, bayi bisa saja tumbuh lebih baik. Kalau cara ini berhasil mendukung pertumbuhan bayi, maka operasi pemisahan kembar siam parasit ini bisa ditunda sampai bayi tumbuh lebih besar.
Sementara itu, jika bayi kembar parasit kondisinya tidak menutupi mulut, pemisahan bisa dilakukan setelah kondisi bayi stabil. Dengan kata lain, jika asupan makanan dan minuman tidak terganggu oleh bayi parasit ini, pemisahan bisa dilakukan saat bayi berusia 3-5 bulan.
"Pemisahan bisa menunggu kondisi bayi benar-benar stabil, sekitar usia 3-5 bulan. Karena pada usia 0-30 hari merupakan proses adaptasi manusia, daya tahan bayi belum bagus, fungsi ginjal, hati belum sempurna. Risiko kecelakaan bahkan kematian tinggi jika dilakukan tindakan operasi besar," jelasnya.
Operasi pemisahan bayi kembar siam/parasit saat kondisi bayi belum stabil atau masih di usia neonatus (0-30 hari) akan menimbulkan risiko infeksi tinggi.
"Bayi bisa meninggal karena infeksi bukan karena pemisahannya," jelas Rosi.
Karenanya, menurut dr Rosi, berbagai risiko akan diperhitungkan ketika tim dokter akan menentukan tindakan terbaik untuk menangangi bayi kembar siam atau parasit.
Penanganan kasus kembar siam dan kembar parasit, terang Rosi, pada dasarnya menggunakan prosedur yang sama. Ringkasnya, tim dokter mempelajari kasusnya, mengevaluasi per jam, mengamati apakah ada kelainan atau masalah pada bayi kembar tersebut, menentukan apakah bayi kembar diam/parasit bisa dipisahkan atau tidak, melengkapi data dan foto, lalu membicarakan mengenai tindakan terbaik kepada keluarga.
"Seminggu pertama semua hal dipelajari, biasanya tim dokter mengevaluasi jam per jam apakah bayi kembar siam/parasit bisa dipisahkan atau tidak. Jika foto dan data sudah lengkap, tim dokter akan rapat, juga menentukan apakah bayi kembar bisa dipisahkan atau tidak, kemudian berbicara kepada keluarga. Keluarga punya peran penting di sini. Karena tidak semuanya bisa dipisahkan. Kalau tidak bisa dipisahkan, orangtua biasanya pulang dengan menerima keadaan," paparnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.