Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/11/2013, 08:56 WIB
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT *

Penulis

Sumber Kompasiana

KOMPAS.com - Penelitian dari University of Michigan Health System menunjukkan, calon ibu yang mendengkur bisa jadi tanda buruknya kesehatan calon bayi. Ibu yang tidurnya mendengkur 3 malam atau lebih setiap minggunya memiliki risiko lebih tinggi untuk alami pembedahan caesar atau memiliki bayi dengan berat badan lahir yang rendah.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran tidur SLEEP edisi November 2013 ini merupakan penelitian terbesar yang menghubungkan kebiasaan ngorok calon ibu dengan kesehatan bayinya. Sementara penelitian-penelitian sebelumnya lebih mengulas bahaya mendengkur bagi kesehatan calon ibu.

Publikasi pada jurnal yang sama di tahun 2011 membuktikan bagaimana calon ibu yang mendengkur berisiko alami diabetes kehamilan dan kelahiran prematur.

Dengkur dan Kehamilan

Sebuah riset lain yang diterbitkan pada jurnal Chest tahun 2000 menyimpulkan bahwa mendengkur sering ditemukan pada kehamilan dan merupakan tanda dari peningkatan tekanan darah pada kehamilan. Disimpulkan juga bahwa dengkuran calon ibu dapat menjadi tanda terhambatnya pertumbuhan janin.

Penelitian ini melaporkan, calon ibu mengalami peningkatan dengkuran seiring dengan usia kehamilan. Sebanyak 7 persen pada trisemester pertama, 6 persen di trisemester kedua dan 24% saat memasuki trisemester ketiga. Sepuluh persen ibu hamil yang mendengkur mengalami preeklampsia dengan peningkatan tekanan darah dan penambahan kadar protein pada urin, sementara yang tidak mendengkur hanya 4 persen.

Sleep Apnea

Mendengkur sering dianggap wajar pada calon ibu mengingat pertambahan berat badan yang dialami. Walau sering di alami calon ibu, ngorok sama sekali tidak normal.

Penyempitan saluran nafas yang terjadi saat tidur sebabkan tersumbatnya saluran nafas. Akibatnya, walau ada gerak nafas, udara tak ada yang masuk ataupun keluar. Nafas tak terjadi. Seolah tercekik dalam tidur, terjadi reaksi berantai yang dimulai dari penurunan kadar oksigen hingga ibu hamil terbangun. Tapi pendengkur tak ingat dirinya terbangun-bangun sepanjang malam, ia hanya merasa tak segar dan terus mengantuk di siang hari.

Kondisi henti nafas saat tidur ini disebut sleep apnea, atau lengkapnya obstructive sleep apnea (OSA).

Almarhum Natalie Edwards menuliskan dalam jurnal SLEEP tahun 2005 bahwa sleep apnea bisa menyerang 14 persen hingga 26 persen ibu hamil. Khusus bagi ibu hamil, sleep apnea bisa berujung pada preeklamsia, diabetes kehamilan dan berat badan lahir yang rendah.

Penelitian

Kembali pada kelompok peneliti Michigan ini. Mereka mencatatkan bahwa ibu yang sudah mendengkur sebelum hamil dan terus ngorok di masa kehamilan, memiliki kemungkinan dua pertiga lebih besar memiliki bayi dengan berat badan lahir yang rendah. Berat badan bayi yang lahir dari ibu pendengkur ini termasuk dalam urutan berat badan lahir 10 terendah.

Ibu yang sudah mendengkur sejak sebelum hamil miliki risiko tertinggi alami pembedahan caesar. Sementara yang baru mendengkur saat hamil berada diurutan kedua. Dibanding yang tidak ngorok, tentu calon ibu yang mendengkur miliki risiko lebih tinggi.

Penelitian ini mengikuti 1.673 calon ibu dalam rentang waktu 2007-2010. Dari semua calon ibu ini didapati 35% nya adalah pendengkur.

Mengingat besarnya risiko ibu hamil yang mendengkur, para ahli menyarankan agar para calon ibu diperiksakan kemungkinannya derita sleep apnea. Pemeriksaan penyaring paling mudah adalah dengan melihat kebiasaan tidurnya. Apakah mendengkur? Paling mudah, tanyakan pada pasangannya.

Anggapan mendengkur adalah sesuatu yang normal harus segera disingkirkan. Kepekaan akan bahaya dengkur harus terus dikumandangkan pada rekan atau sahabat. Pada orang dewasa mendengkur telah diketahui sebabkan hipertensi, penyakit jantung, diabetes hingga stroke.

Terlebih pada kehamilan. Deteksi dini diharapkan akan menurunkan kemungkinan dilakukannya bedah caesar, penggunaan Neonatal Intensive Care Unit (ICU bayi baru lahir) serta risiko-risiko kesehatan yang harus dihadapi bayi dengan berat lahir rendah di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau