Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/10/2013, 09:52 WIB
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT *

Penulis

Sumber Kompasiana


KOMPAS.com - Wanita yang mendengkur ternyata menyimpan risiko kesehatan tersembunyi yang tak kalah berbahayanya dibanding pria. Sebuah penelitian baru yang dilakukan di UCLA School of Nursing mengungkapkan, wanita yang mendengkur dan menderita obstructive sleep apnea (OSA) mempunyai respons otonom seperti berkeringat, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang terganggu.

Fungsi-fungsi ini memang menurun pada semua penderita OSA, tapi efeknya pada wanita ternyata lebih parah.

Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahaya mendengkur. OSA, yang artinya henti nafas saat tidur, terjadi karena menyempitnya saluran nafas ketika tidur. Sering kali saluran nafas tersumbat sama sekali sehingga pendengkur seolah tercekik dalam tidurnya.

Akibatnya, otak dapat terkaget-kaget sepanjang tidur, hingga penderitanya terbangun tak segar dan mengantuk sepanjang hari.

Episode henti nafas berulang kali dalam tidur juga telah diketahui menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, diabetes hingga stroke. Pada wanita hamil, OSA dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan kehamilannya seperti prematuritas, diabetes saat kehamilan, preeklampsia, gangguan perkembangan janin hingga keguguran.

Sayangnya, gejala OSA pada wanita kurang kentara dibanding pria. Kantuk berlebihan misalnya, wanita cenderung lebih mengeluhkan sakit kepala atau gangguan konsentrasi dibandingkan mengantuk. Sementara suara dengkuran pun wanita lebih lembut dibandingkan pria.

Penelitian

Tim peneliti memeriksa beberapa relawan, pria maupun wanita. Mereka diminta untuk melakukan tiga tugas yaitu manuver valsava (menghembuskan nafas kuat-kuat dengan mulut tertutup), mengepalkan tangan kuat-kuat dan memasukkan kaki kanan ke dalam air yang sangat dingin.

Kemudian perubahan denyut nadi dicatat. Didapati pada penderita OSA denyut nadi lebih rendah dan lebih terlambat responsnya dibandingkan orang sehat. Sayangnya pada wanita ternyata responsnya lebih buruk lagi dibanding penderita OSA pria.

Padahal, respons ini penting bagi kelangsungan kesehatan. Respons peningkatan denyut nadi dan tekanan darah menunjukkan bagaimana tubuh merespons aktivitas fisik yang meningkat. Buruknya respons ini juga tunjukkan bahwa wanita lebih mungkin mengembangkan gejala-gejala penyakit jantung dibanding pendengkur pria.

Para ahli mengingatkan, deteksi dini penting bagi wanita yang mendengkur untuk mencegah penyakit jantung-pembuluh darah. Namun, penelitian ini masihlah penelitian awal yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Jika diketahui kemungkinan penyakit jantung wanita yang menderita OSA lebih tinggi, bagaimana responsnya terhadap perawatan CPAP? Akankah perbaikannya juga lebih rendah dibanding pria setelah OSA-nya dirawat?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau