Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2014, 14:42 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -
Kanker serviks merupakan jenis kanker paling mematikan kedua pada wanita, setelah kanker payudara. Di Indonesia, angka kejadiannya diperkirakan mencapai 15.000 kasus per tahunnya, dengan 53 juta wanita berisiko mengidapnya.

Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Nurdadi Saleh mengatakan, kanker serviks menjadi jenis kanker yang mematikan karena biasanya ditemukan pada stadium lanjut. Alasannya, gejala kanker serviks di awal terjadinya memang tidak khas, atau bahkan tidak menimbulkan gejala sama sekali.

"Jika penyakit reproduksi lain seperti kista rahim, gejalanya jelas, perut buncit seperti hamil, ada lagi yang disertai nyeri, tapi kalau kanker serviks gejalanya sangat tidak khas," terangnya saat ditemui dalam sebuah diskusi kesehatan beberapa waktu lalu di Jakarta.

Kendati demikian, Nurdadi menekankan bahwa kanker serviks bisa dicegah dengan beberapa cara sebagai berikut.

1. Seks aman
Virus penyebab kanker serviks yang dikenal dengan nama Human Papilloma Virus (HPV) paling banyak ditularkan melalui hubungan seksual, sehingga menjaga keamanan saat berhubungan seks. Nurdadi mengatakan, setia berhubungan dengan satu pasangan saja masih berisiko untuk tertular virus, apalagi jika tidak setia dengan pasangan.

Nurdadi menambahkan, sunat bagi laki-laki juga dapat mengurangi risiko penularan HPV secara signifikan dibandingkan dengan laki-laki yang tidak disunat. Selain itu, aktivitas seksual lain yang dilakukan sendiri, misalnya memasukkan jari ke kemaluan juga berpotensi untuk menularkan virus karena HPV bisa pula hidup di kulit jari tangan.

2. Vaksinasi
Vaksinasi HPV merupakan cara terbaik untuk pencegahan kanker serviks. Saat ini tersedia vaksin HPV untuk tipe 16 dan 18, tipe yang paling banyak menyebabkan kanker serviks. Vaksin memberikan perlindungan terbaik setelah tiga kali suntikan yang diberikan dalam jangka enam bulan.

"Sayangnya saat ini belum tersedia vaksin HPV untuk tipe lainnya, padahal ada pula tipe lain HPV yang bisa menyebabkan kanker serviks, meskipun tidak sebanyak tipe 16 dan 18," kata dokter kebidanan subspesialis onkologi Andi Darma Putra.

3. Deteksi dini rutin
Deteksi dini merupakan cara agar kanker serviks tidak ditemukan pada stadium yang sudah lanjut sehingga kemungkinan untuk disembuhkannya lebih besar. Deteksi dini dilakukan dengan metode pap smear, inspeksi visual dengan asam asetat, dan teknologi self-sampling.

4. Tidak merokok
Merokok akan menurunkan kemampuan sistem imun sehingga meningkatkan risiko kanker. Diketahui 95 persen HPV yang masuk ke dalam tubuh akan hilang dalam waktu dua sampai tiga tahun, namun lima persennya akan menetap. Dan jika daya tahan tubuh lemah, HPV yang menetap itu akan menjadi kanker. Meskipun, kata Andi, faktornya tidak hanya itu.

5. Diet sehat
Terlalu banyak mengonsumsi makanan berpengawet, berpenyedap, dan berwarna merupakan faktor yang meningkatkan risiko kanker apapun, termasuk kanker serviks. Untuk itu, makanan yang mengandung zat-zat tambahan itu perlu dihindari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau