“Tali pusat yang terpilin menghambat asupan nutrisi dan oksigen pada janin dalam kandungan. Bila terus berlanjut, janin bisa meninggal dalam kandungan akibat kekurangan asupan,” kata Taufik Jamaan, dokter ahli kandungan dan kehamilan dari RSIA Bunda, Menteng, kepada Kompas Health, beberapa waktu lalu.
Taufik menyebutkan beberapa faktor penyebab tali pusat bayi terpilin, di antaranya:
* Ibu gelisah dan stres
Kondisi ibu yang gelisah dan stres mengakibatkan peningkatan produksi adrenalin dalam tubuh. Dampaknya, jantung ibu berdetak lebih cepat dibanding dalam keadaan normal. Tak hanya ibu, janin dalam kandungan juga mengalami kondisi yang sama. Dalam kondisi normal, jantung bayi berdetak 140-160 per menit, dua kali lebih cepat dibanding detak jantung orang dewasa, yakni 60-80 per menit.
“Jantung yang berdetak lebih cepat mengakibatkan tubuh janin bergetar hebat, yang mengakibatkan gerak janin lebih aktif dari biasanya. Hal inilah yang meningkatkan risiko tali pusat terpilin,” jelas Taufik.
* Cairan amnion terlalu banyak
Janin hidup dalam rahim yang dikelilingi cairan amnion atau air ketuban. Air ketuban berfungsi sebagai pelindung janin dari benturan, menjaga suhu dalam kandungan, dan mencegah kekeringan pada tali pusat yang bisa mengakibatkan terhambatnya penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin.
Produksi air ketuban terus meningkat hingga mencapai 750-800 mililiter pada usia kehamilan 34 minggu. Setelah itu produksi cairan amnion terus menurun hingga berkisar 600 mililiter pada usia 40 minggu.
“Produksi cairan amnion tidak boleh terlalu banyak karena mengakibatkan gerak bayi menjadi lebih aktif. Gerakan yang terlalu aktif meningkatkan risiko terpilinnya tali pusat,” terangnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.