KOMPAS.com - Laporan terbaru menunjukkan, zat kimia beracun PFA (per and polyfluoroalkyl substances) terkait dengan gangguan fungsi mikrobiota usus yang dapat memicu kerusakan ginjal pada orang muda.
PFAS adalah istilah untuk kelompok besar zat kimia sintetis yang dipakai dalam berbagai produk, seperti furnitur, kemasan makanan, dan juga alat dapur antilengket.
Zat PFAS juga sering disebut sebagai "zat kimia abadi" karena sifatnya yang sulit terurai di lingkungan dan juga dalam tubuh manusia. Karena tahan terhadap panas, minyak, dan air, butuh waktu yang sangat lama agar zat ini terurai.
"Hampir semua orang memiliki PFAS dalam darahnya dan zat kimia ini dihubungkan dengan sejumlah efek negatif. Sayangnya belum diketahui cara mengurangi PFAS dalam tubuh," kata Dr.Hailey Hampson, peneliti dari Keck School of Medicine.
Baca juga: Perancis Larang Penggunaan Produk Mengandung PFAS, Kecuali Panci Tefal
Paparan PFAS pada manusia diketahui terkait dengan berbagai gangguan kesehatan, termasuk kerusakan liver, penyakit tiroid, obesitas, gangguan kesuburan, kanker, dan penyakit ginjal.
Saat ini para ahli terus meneliti untuk mengetahui bagaimana zat kimia ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
Dalam penelitiannya, Hampson menemukan adanya perubahan di mikrobiota usus dan metabolit akibat paparan PFAS dan penurunan fungsi ginjal sampai 50 persen pada orang dewasa muda.
Penelitian itu dilakukan dengan menganalisis data dari 78 orang dewasa muda berusia 17-22 tahun dari ras hipanik sebagai kelompok yang memiliki risiko tinggi penyakit ginjal kronik.
Pada awal studi, sampel darah dan feses partisipan diambil untuk mengukur level PFAS dan menganalisis komposisi mikrobiota usus serta metabolit tersirkulasi. Empat tahun kemudian fungsi ginjal partisipan dinilai.
Hasilnya, individu yang memiliki paparan PFAS paling tinggi mengalami penurunan fungsi ginjal yang paling buruk seiring waktu.
Para ahli menduga efek ini terjadi karena penurunan metabolit anti-inflamasi dan bakteri yang memproduksinya. Selain itu, paparan PFAS yang tinggi juga meningkatkan peradangan dalam tubuh.
Baca juga: Kencing Berbusa Bisa Jadi Tanda Penyakit Ginjal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.