Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/05/2014, 12:14 WIB

KOMPAS.com — Indonesia termasuk negara yang paling rentan terjangkit Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS). Penyakit yang pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada tahun 2012 ini sejauh ini sudah menginfeksi 495 orang di 12 negara dan lebih dari 100 orang meninggal dunia.

MERS memang rentan menyebar di Indonesia mengingat sekitar 5.000 orang Indonesia pergi umrah ke Arab Saudi setiap hari. Jumlah itu diperkirakan naik signifikan pada musim libur sekolah dan Ramadhan.

MERS (Middle East respiratory syndrome) disebabkan oleh virus yang disebut korona virus, yang masih satu kelompok dengan virus SARS.

Gejala penyakit ini mirip dengan flu, yakni demam, batuk, dan sesak napas. Namun, virus ini akan menyerang hebat jika menginfeksi saluran pernapasan.

Meski penularan virus korona terjadi antarmanusia, menurut Health Protection Agency, penularannya sangat terbatas. Jika penularannya mudah, tentu jumlah kasusnya akan lebih besar lagi.

"Jika si A terinfeksi, ia bisa menularkan MERS kepada si B, tetapi si B tidak bisa dengan mudah menularkannya ke orang lain, misalnya ke C. Ini disebut juga dengan penularan tertiary," kata Dr Michael Osterholm dari Pusat Penelitian Penyakit Menular Universitas Minnesota.

Penularan bisa terjadi pada orang-orang yang berada dalam kontak dekat. Misalnya saja dari pasien ke petugas kesehatan. Inkubasi penyakit ini berlangsung kira-kira 7 hari.

Walaupun demikian, petugas kesehatan yang menangani pasien MERS harus mendapatkan perlindungan yang maksimal. Pasien harus berada di ruang isolasi dan seluruh petugas kesehatan wajib menggunakan pakaian khusus.

Menurut WHO, virus korona termasuk rapuh karena ia hanya bisa bertahan di luar tubuh selama 24 jam. Virus ini juga gampang dibunuh dengan sabun antibakteri.

Oleh karena itu, selalu cuci tangan dengan sabun saat berada di ruang terbuka dan gunakan masker untuk menghindari percikan ludah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com