Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/05/2014, 15:00 WIB

KOMPAS.com — Stroke adalah penyakit mendadak yang menyerang otak. Kondisi ini bisa mematikan dan menimbulkan kecacatan. Namun, dengan penanganan yang cepat dan tepat, dampak kerusakan yang lebih besar pada otak bisa dihindari.

Stroke terjadi akibat pasokan darah ke otak mengalami gangguan. Bila aliran darah ke otak terhambat, sel-sel saraf tidak memperoleh oksigen dan zat gizi. Akibatnya, fungsi sel otak akan mengalami kerusakan permanen.

"Semakin lama stroke dibiarkan tanpa pengobatan, semakin banyak kerusakan pada otak. Otak akan rusak dalam waktu 5 menit setelah terjadi stroke. Karena itu, makin lama pasien dibawa ke rumah sakit, makin buruk akibatnya," kata dokter spesialis saraf Franky Susatia dalam acara media edukasi yang diadakan oleh SOHO Global Health di Jakarta, Selasa (20/5/2014).

Karena itu, sangat penting untuk mengenali gejala stroke. Untuk memudahkannya, kita bisa mengingat tiga hal ketika serangan stroke terjadi, yakni melalui senyum, bicara, dan tangan.

Senyum: Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Bila senyumnya terasa agak "aneh" dan biasanya wajahnya (terutama bibir) agar miring, itu boleh dicurigai sebagai gejala stroke.

Bicara: Mintalah orang tersebut untuk berbicara dan mengucapkan sebuah kalimat sederhana. Kalau ia kesulitan dalam mengucapkan kalimat atau terlihat pelo, itu juga bisa dicurigai sebagai gejala stroke.

Tangan: Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangannya. Bila tangan tak bisa terangkat secara simetris dan bersamaan, itu pun bisa jadi salah satu gejala stroke.

Gejala stroke juga sering kali diawali dengan rasa pusing hebat, hilangnya keseimbangan, kesulitan berjalan, gangguan menelan, dan juga hilangnya koordinasi tangan dan kaki secara mendadak.

"Jika mendapati gejala-gejala tersebut, segera minta bantuan orang untuk membawa pasien ke rumah sakit. Hanya dokter di rumah sakit yang bisa menangani stroke," kata Franky.

Ia menambahkan, stroke bisa terjadi kapan saja, di mana saja. "Mereka yang berusia di atas 50 tahun, atau mereka yang sudah lama menderita diabetes atau hipertensi, lebih berisiko terkena stroke," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com