Bayi yang dikenal sebagai "bayi Mississippi" tersebut lahir dari ibu yang positif HIV pada tahun 2010 dan langsung diterapi dengan obat antiretroviral begitu ia dilahirkan. Kemudian pengobatan itu dilanjutkan sampai ia berusia 18 bulan. Sayangnya dokter kehilangan kontak dengan keluarga bayi tersebut sehingga pengobatan tidak dilanjutkan.
Bayi tersebut baru kembali ke rumah sakit saat ia berusia 5 bulan. Ia mengejutkan para dokter karena dalam pemeriksaan tidak ditemukan adanya tanda-tanda HIV.
Selama dua tahun setelahnya, si bayi bebas dari HIV dan kasus ini menjadi perbincangan dan kegembiraan para ahli kesehatan. Para dokter juga berencana melakukan percobaan klinis untuk mengetahui apakah terapi antivirus sejak awal akan memberikan hasil yang serupa.
Sayangnya kini setelah si bayi telah berusia 4 tahun, dokter menemukan jejak HIV dalam darahnya.
"Tentu ini mengecewakan, bukan hanya bagi si anak ini, para staf medis yang terlibat, serta komunitas penelitian HIV/AIDS," kata Dr.Anthony S.Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease.
Ia mengatakan, secara ilmiah perkembangan tersebut mengingatkan para ahli bahwa masih banyak yang harus dipelajari tentang infeksi HIV dan di mana virus ini bersembunyi dalam tubuh.
Ketika si anak tersebut pertama kali ditemukan bebas HIV, para dokter menekankan bahwa si anak bisa disebut sebagai "sembuh" dari HIV jika dengan berlalunya waktu level virusnya tidak terdeteksi.
Namun, hasil tersebut menunjukkan ternyata terapinya tidak bisa menghapuskan seluruh virus dari tubuh. Meski begitu, tim dokter yang menangani mengatakan masih ada harapan bahwa jenis terapi HIV seperti yang diterima anak tersebut akan membuka peluang pengobatan HIV.
"Fakta bahwa si anak masih bebas HIV selama dua tahun meski tidak lagi mendapat obat antivirus sebenarnya di luar dugaan. Biasanya, jika pengobatan dihentikan, kadar HIV akan langsung naik dalam seminggu, bukan tahunan," kata Dr.Deborah Persaud, salah satu dokter yang terlibat.
Selanjutnya, para ilmuwan akan mencari tahu mengapa pengobatan itu sukses menjaga virus tidak cepat naik dalam kurun waktu cukup lama. Mereka juga berusaha mengetahui apakah periode remisi tersebut bisa bertahan lebih lama lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.