Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/07/2014, 20:18 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis


KOMPAS.com -
Kekhusyukan ibadah puasa kerap terganggu oleh masalah kesehatan. Waktu berbuka masih lama tetapi perut sudah terasa keroncongan. Belum lagi masalah perut kembung. Mungkin itu terjadi karena kita melakukan hal-hal ini saat sahur.

Menurut kacamata ilmu gizi, seharusnya tak ada perbedaan pola makan berpuasa dan tidak. “Perbedaannya hanyalah waktu makan yang berubah. Perlu diingat, puasa adalah ibadah, sehingga seharusnya tidak ada perbedaan pola makan dengan bulan-bulan lainnya,” ungkap dokter ahli gizi Tirta Prawita Sari dalam acara buka bersama media.

Panduan makan yang sehat saat berpuasa pun sejatinya sama dengan saat tidak berpuasa. “Masalah yang dihadapi saat puasa adalah dehidrasi dan menjaga agar perut tidak kelaparan dari pagi sampai magrib tiba,” katanya.

Masalah dehidrasi bisa dicegah dengan minum yang cukup saat sahur. Dr. Tirta menyarankan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah untuk makan sahur. Indeks glikemik adalah indikator yang menyatakan cepat tidaknya sebuah makanan mengandung karbohidrat dalam menaikkan kadar gula darah.

Langsung tidur kembali selesai bersahur tidak disarankan. Terlebih lagi ketika saat sahur kita mencerna daging. “Pencernaan kita belum selesai bekerja. Akibatnya timbul banyak gas di perut. Perut terasa kembung dan tidak enak sepanjang hari,” ujar Dr. Tirta. 

Mengonsumsi makanan indeks glikemik tinggi juga tidak disarankan saat sahur, sebab gula darah yang naik tinggi saat sahur justru bikin tubuh jadi cepat lapar. Sementara makanan dengan indeks glikemik rendah membuat perut kenyang lebih lama. Contoh makanan dengan indeks glikemik rendah adalah nasi merah, roti gandum, kentang rebus dengan kulitnya, ubi rebus.

Proses pemasakan sejatinya mendongkrak indeks glikemik suatu makanan. “Misalnya nasi yang dimasak jadi bubur, indeks glikemiknya jadi lebih tinggi. Campurlah sumber karbohidrat dengan serat dan kacang-kacangan agar perut kenyang lebih lama,” sarannya.

Saat berbuka puasa, kita baru diijinkan mencari makanan dengan kadar indeks glikemik tinggi seperti kurma atau buah semangka. “Ingat, jangan kalap setelah buka puasa. Paling baik, pilih tajil dengan kandungan protein di dalamnya pula,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau