Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/11/2014, 16:00 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah ebola yang telah merengut ribuan nyawa manusia membuat banyak orang takut dan panik. Organisasi kemanusiaan medis internasional yang independen, Medecins Sans Frontieres (MSF) atau Dokter Lintas Batas memaparkan, per tanggal 7 November 2014 dilaporkan hampir 14.000 kasus Ebola di Afrika Barat. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5000 orang meninggal dunia.

Ketakutan terhadap wabah ebola meningkat setelah penyebarannya meluas ke Amerika Serikat dan
Spanyol. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, melakukan kewaspadaan tinggi terhadap penularan ebola.

MSF Regional Humanitarian Representative untuk ASEAN Maria Guevara mengatakan, seharusnya masyarakat tidak perlu panik. "Perlu mendidik publik agar tidak panik. Ketikdaktahuan masyarakat membuat panik berlebihan," kata Maria di Jakarta, Rabu (12/11/2014).

Menurut Maria, kurangnya pengetahuan masyarakat merupakan kendala utama penanganan ebola. Masyarakat merasa takut tanpa tahu langkah pencegahannya. Padahal, lanjut Maria, ebola tidak mudah menular dibanding penyakit flu dan malaria. Ebola pun bisa disembuhkan jika ditangani dengan cepat.

"Penaganan ebola bisa dibilang sederhana. Segera diisolasi dan selama masih bisa ditangani, masih bisa dikontrol dan diberi cairan," terang dia.

Maria menambahkan, masyarakat juga perlu tahu bagaimana cara aman menguburkan seseorang yang meninggal karena ebola. Penanganan yang baik akan mencegah penularan virus ebola. Sebagai contoh, sejauh ini MSF sudah mengirim 700 tenaga kesehatan untuk menangani ebola dan hanya 24 orang yang terinfeksi virus tersebut.

Tenaga kesehatan selama ini memang paling rentan terpapar ebola. Lebih dari 230 tenaga kesehatan di Afrika Barat telah meninggal karena ebola. Padahal, tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam penanganan ebola. Diperlukan pula vaksin hingga fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai untuk mencegah penularan ebola.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau