JAKARTA, KOMPAS.com – Infeksi bakteri listeria monocytogenes bisa terjadi pada siapa saja jika mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri ini dalam jumlah besar. Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi, hingga feses ternak.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan HM Subuh menjelaskan, infeksi bakteri listeria rentan terjadi pada ibu hamil termasuk janin dalam kandungan, anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya rendah, orang lanjut usia, orang dengan HIV-AIDS (ODHA), hingga pasien kanker, terutama pasien leukemia.
“Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri Listeria dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi otak," ujar Subuh melalui pernyataan tertulis kepada wartawan, Selasa (27/1/2015).
Gejala seseorang yang terkena infeksi ini, yaitu demam, nyeri otot, dan mual hingga diare. Jika infeksi telah menyebar ke sistem saraf pusat, penderita akan merasakan sakit kepala, kaku pada leher, bingung, kehilangan keseimbangan, dan terkadang mengalami kejang.
Subuh mengatakan, kemunculan gejala ini dapat terjadi kapan saja, yaitu antara 3-70 hari pasca terkena infeksi bakteri Listeria. Namun, rata-rata sekitar 21 hari setelah terinfeksi.
Menurut Subuh, orang-orang yang sehat pun dapat terinfeksi bakteri ini dengan gejala yang sama. Sedangkan pada wanita hamil, gejala yang muncul yaitu, flu ringan.
“Infeksi Listeria dapat menyebabkan keguguran pada perempuan hamil,” terang Subuh.
Jika wanita hamil terinfeksi, bayinya yang lahir pun bisa ikut terinfeksi. Gejala biasanya muncul pada minggu pertama kehidupan bayi. Sayangnya, gejala pada bayi yang baru lahir sering tidak terlihat. Namun, beberapa tandanya, yaitu mudah marah, demam, dan tidak mau makan.
Subuh mengatakan, infeksi bakteri ini merupakansalah satu penyakit serius dengan tingkat kematian sekitar 20-30 persen. Sementara itu, tingkat kematian pada bayi yang baru lahir, yaitu 25-50 persen.
Subuh mengungkapkan, sejauh ini belum ada kasus seseorang terinfeksi bakteri listeria di Indonesia. Beberapa kasus yang pernah terjadi yaitu di Los Angeles dan California dengan 29 orang meninggal dunia karena konsumsi keju yang terkontaminasi bakteri listeria. Di Swiss kasus infeksi bakteri ini juga terjadi akibat konsumsi keju. Terakhir, terjadi lagi pada sejumlah penduduk di Amerika Serikat yang diduga terkontaminasi bakteri listeria dari buah apel.
Subuh pun meminta masyarakat lebih waspada dalam konsumsi maupun mengolah makanan. Kontaminasi bakteri listeria dapat terjadi pada susu mentah, susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, keju, terutama jenis keju yang dimatangkan secara lunak, es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap.
Bakteri ini dapat mati pada suhu 75 derajat celcius. Namun, penularan juga dapat terjadi jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi bakteri ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.