Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/02/2015, 10:00 WIB

KOMPAS.com - Walau penyakit campak telah dinyatakan berhasil dibasmi pada tahun 2000, namun penyakit ini kembali mewabah akibat menurunnya tingkat vaksinasi di beberapa bagian di Amerika Serikat.  Fenomena penurunan jumlah bayi dan anak yang divaksin itu bukan hanya terjadi di AS, tapi juga negara lain, termasuk Indonesia.

"Seharusnya tidak terjadi seperti ini," ujar dokter penyakit menular dan peneliti di Mayo Clinic, Pritish Tosh. "Sebenarnya ini adalah penyakit yang dapat dicegah."

Menurut Tosh, vaksin campak, gondok, dan rubella adalah vaksin 'fenomenal' karena kemampuannya melindungi banyak orang dari satu populasi. Vaksin campak merupakan satu dari sekian banyak vaksin yang diberikan dalam beberapa dosis. Anak-anak menerima vaksin MMR pertamanya pada usia 12-15 bulan, lalu pemberian kedua pada usia 4-6 tahun.

Pembuatan sebuah vaksin harus mengambil banyak variabel sebagai pertimbangan, termasuk patogen (sumber penyakit) individu atau penyakit, sistem kekebalan tubuh yang meresponnya, bagian dari patogen  bisa menghasilkan kekebalan yang melindungi, serta seberapa lama responnya bertahan. Karena sangat kompleks, terkadang diperlukan pemberian dosis kedua atau ketiga dari vaksin.

"Kadang pada pemberian satu vaksinasi di kelompok besar populasi, kita mengharapkan efek perlindungan dari penyakit sampai 90 persen. Tapi dengan pemberian dosis kedua, perlindungannya naik jadi 98 persen," katanya.

Oleh karena itu, menurut Tosh, dari pada mendapatkan 10 persen dari populasi yang belum terlindungi dari dosis pertama, strategi terbaik adalah pemberian dosis kedua sehingga kita mendapat perlindungan maksimal.

Sistem kekebalan anak-anak belum berkembang dengan baik untuk menghasilkan respon imun berkepanjangan yang dibutuhkan dalam masa hidup mereka. Pemberian vaksin pun harus mempertimbangkan waktu yang tepat. "Kurun waktu itu adalah ketika anak benar-benar menghasilkan sistem kekebalan protektif," kata Tosh.

Namun di berbagai usia, vaksin kedua akan membantu meningkatkan perlindungan.
"Pertama kalinya tubuh kita terpapar patogen, tubuh Anda menghasilkan respon kekebalan," lanjutnya. "Tetapi ketika Anda dihadapkan denagan penyakit yang sama beberapa tahun kemudian, sistem kekebalan Anda akan menghasilkan respon yang lebih spesifik dan tahan lama."

Sebagai contoh, vaksin virus papilloma  (HPV) untuk mencegah kanker serviks terdiri dari tiga dosis. Dosis kedua diberikan dua bulan setelah dosis pertama, dan ketiga yakni enam bulan setelah dosis awal. Vaksin ini direkomendasikan diberikan pada anak perempuan dan laki-laki usia 11-12 tahun, hingga usia 26 tahun pada wanita dan 21 tahun pada pria.

Tosh menuturkan, pemberian pada usia yang ditentukan itu karena setelah lewat usia tersebut efek perlindungan dari vaksin itu kurang maksimal.

Meski begitu, bukan berarti anak yang baru mendapat satu kali vaksin cacar tidak terlindungi.
"Beberapa orang  mungkin hanya dengan satu dosis dapat memproduksi sistem kekebalan yang spesifik dan respon yang tahan lama. Tapi sebagian besar butuh dua kali vaksin," jelas Tosh.

"Sulit menentukan mana yang membutuhkan lebih dari satu kali. Maka dari itu saya menyarankan jika orang-orang belum mendapat vaksin sepenuhnya, segera dapatkan dosis yang Anda butuhkan," katanya. (Purwandini Sakti Pratiwi) 

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau