Menurut drg.Sandra Olivia, Sp.Perio, sebanyak 47 persen ibu hamil mengalami gangguan gusi. Peningkatan hormon progesteron saat hamil akan semakin memicu bakteri penyebab gingivitis (radang gusi) tumbuh. Hal ini juga membuat jaringan gusi lebih sensitif terhadap plak.
“Karena saat hamil sistem imunitasnya terpengaruh, sehingga lebih rentan terhadap gangguan gusi. Jadi lebih sensitif terkena radang (gusi),” katanya dalam acara peluncuran kampanye edukasi "SOBAT Gusi Sehat" di Jakarta (16/3/15).
Tak hanya itu, perubahan hormonal mempengaruhi sirkulasi darah pada gusi. Saat mengalami radang, gusi akan lebih mudah mengeluarkan darah. Tidak jarang tiba-tiba darah keluar dari gusi, atau di waktu menyikat gigi.
Sandra juga menjelaskan, bila gangguan pada gusi tidak segera ditangani, penyakitnya akan semakin parah dan akan timbul kondisi yang bisa mempengaruhi bayi.
“Penelitian menujukan bahwa permasalahan gusi dan tulang penyangga bisa menyebabkan percepatan waktu melahirkan, berat badan bayi rendah, dan keracunan saat kehamilan,” terangnya.
Sandra menceritakan, beberapa pasiennya mengalami kontraksi lebih awal karena giginya nyeri dan tidak diobati.
Beberapa penelitian dalam The Journal of American Dental Association pun menyebutkan bahwa wanita hamil dengan penyakit gusi kronis empat hingga tujuh kali lebih mungkin melahirkan secara prematur (kurang dari 37 minggu) dan bayi lahir dengan berat badan lebih rendah (kurang dari 2,5 kg) dibandingkan dengan ibu yang memiliki gusi sehat.
Sandra menyarankan agar perempuan yang akan atau pun sedang hamil untuk segera mengecek kesehatan gusinya ke dokter gigi. Selain itu tentu perlu dibarengi dengan mengonsumsi makanan bergizi, cukup meminum air putih, dan menjalani pola hidup sehat.
“Disarankan untuk memeriksa gusi dan tulang penyangga sebelum kehamilan. Bila tidak sempat, periksa dalam masa trimester kedua,” katanya.
Gejala gingivitis antara lain gusi tampak merah dan bengkak, gusi berdarah serta terbentuknya karang gigi. Sementara itu periodontitis ditandai dengan kematangan plak, karang gigi, tulang terinfeksi, bengkak, terkadang nyeri, dan gusi mulai terangkat.
Bila tidak diobati segera akan mengakibatkan periodontitis lanjutan, yakni timbul infeksi parah, gigi goyang, tulang penyangga rusak, hingga nyeri. (Purwandini Sakti Pratiwi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.