Pria yang fit dan aktif memiliki fungsi seksual dan ereksi yang lebih baik. Selain itu, makin berat olahraga, makin baik efeknya.
Peneliti di Cedars-Sinai Medical Center menemukan bahwa pria yang lebih sering berolahraga, dengan total 18 METS (metabolic equivalents) ukuran intensitas latihan berdasarkan konsumsi oksigen, perminggu memiliki skor fungsi seksual lebih tinggi.
Jumlah dalam MET menunjukkan total waktu olahraga dan intensitasnya. Angka 18 pada METS dapat dicapai dengan mengombinasi olahraga dalam intensitas berbeda. Dua jam olahraga berat, seperti berlari atau berenang, setara dengan 3,5 jam olahraga moderat, atau 6 jam olahraga ringan.
"Penelitian ini pertama kali mengaitkan manfaat olahraga dalam relasinya meningkatkan fungsi seksual dan ereksi pada pasien dari berbagai ras," kata penulis senior penelitian tersebut, Adriana Vidal.
Para peneliti mengumpulkan dan menganalisis data dari sekitar 300 orang. Partisipan melaporkan sendiri tingkat aktivitasnya, sementara peneliti membuat kategori aktivitas fisik yang dilakukan, yakni sedentari, sedikit aktif, cukup aktif, atau sangat aktif.
Mereka juga melaporkan fungsi seksual, termasuk kemampuan ereksi, orgasme, kualitas dan frekuensi ereksi, serta fungsi seksual secara keseluruhan.
Hasilnya diketahui orang-orang yang kurang berolahraga memiliki tingkat fungsi seksual yang lebih rendah. Selain olahraga, ada kontributor lain yang menurunkan fungsi seksual, seperti diabetes, usia lebih tua, sejarah merokok, dan penyakit pembuluh koroner.
"Ketika membahas olahraga, tidak ada satu ukuran yang cocok untuk semua pendekatan. Meskipun begitu, kami percaya diri bahwa beberapa tingkat olahraga, meskipun kurang intens akan lebih baik daripada tidak olahraga sama sekali," kata Stephen Freedland, salah satu peneliti.
Para dokter memperingatkan bahwa disfungsi ereksi sering menjadi tanda awal dari penyakit jantung.
"Tubuh membutuhkan suplai darah yang bagus untuk ereksi, dan masalah ereksi sebenarnya adalah ukuran jelas terhadap penyakit kardiovaskular," papar urologis dari Bristol Royal Infirmary, Raj Persad.
Seorang pria dalam usia 40 tahunan dengan disfungsi ereksi memiliki 50 kali lipat risiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung dalam waktu sepuluh tahun ke depan. "Itu jelas menjadi alat prediksi kematian, bukan hanya gangguan jantung," katanya. (Purwandini Sakti Pratiwi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.