Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/05/2015, 17:00 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis


KOMPAS.com - Kanker ovarium menempati urutan kedelapan untuk kanker yang paling umum dijumpai pada perempuan. Dan menduduki peringkat ketujuh untuk kematian akibat kanker tersebut. Angka kematian masih cukup tinggi karena mayoritas perempuan terdiagnosis ketika kanker ovarium berada di stadium lanjut. Akibat ketidakjelasan gejala awal dan tidak adanya penapisan (skrining) yang akurat serta dapat diandalkan dalam mendeteksi kanker ovarium pada stadium awal. 

Di seluruh dunia, deteksi dini untuk kanker ovarium (indung telur) ini, dikatakan Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K) masih sangat sulit. "Sehingga lebih dari 60 persen kasus kanker ovarium diketahui saat stadium lanjut. Sampai sekarang, metode deteksi dini masih belum ada. Selain itu juga belum ada deteksi yang akurat tanpa melakukan pembedahan," ujar Prof. Andrijono, saat peluncuran kampanye "OvaCheck-Kenali Kanker Ovarium" di Jakarta (08/05). 

Kanker ovarium, lanjut Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), jarang dijumpai pada stadium 1.  "Kalaupun ada yang didiagnosis stadium awal, karena faktor kebetulan. Namun kebanyakan dijumpai saat sudah mencapai stadium lanjut," terang Prof. Andrijono.

Jika saat melakukan pemeriksaan USG terlihat adanya cairan pada rongga perut, maka perlu diwaspadai masalah pada ovarium, selain kelainan hati, ginjal, maupun usus. Pada kanker ovarium, adanya cairan di rongga perut, bisa mengindikasikan kalau sel kanker sudah menyebar.  

Sementara upaya lain dapat dibantu dengan melakukan pemeriksaan pelvis (panggul), ultrasonografi (USG) transvaginal ataupun pelvis, tes darah untuk penanda tumor CA 125, pemindaian CT/MRI, serta pembedahan untuk pengambilan sampel jaringan. 

Untuk meningkatkan kepedulian terhadap kanker ovarium sekaligus memperingati Hari Kanker Ovarium Sedunia setiap tanggal 8 Mei, HOGI dan PT Roche Indonesia meluncurkan kampanye edukasi OvaCheck. Kampanye ini juga bertujuan untuk mendorong kaum perempuan berkonsultasi segera ke dokter dan melakukan pemeriksaan secara teratur mengingat sulitnya deteksi kanker ovarium. 

Meski sulit, empat simtom utama ini perlu diwaspadai untuk kejadian kanker ovarium seperti perut kembung, nyeri panggul, sulit makan atau terlalu cepat merasa kenyang, dan sering berkemih. Bila mengalami simtom ini, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, terlebih bila ada faktor risiko. 

Faktor risiko ini di antaranya, memiliki mutasi genetik yang diturunkan (BRCA1 dan BRCA2), memiliki riwayat kanker ovarium pada keluarga, pernah mengalami kanker payudara dan atau kanker usus besar, tidak pernah hamil, pernah menerima terapi hormon setelah menopause, serta endometriosis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau