JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI sedang meneliti resistensi nyamuk Aedes terhadap insektisida. Aedes merupakan jenis nyamuk yang bisa menyebarkan virus demam berdarah dengue (DBD).
Kepala Balitbangkes Kemkes RI Tjandra Yoga Aditama memaparkan, jentik nyamuk di seluruh provinsi di Indonesia akan dikumpulkan sedikitnya 244.800 jentik. Kemudian, jentik akan dikembangbiakkan menjadi nyamuk dewasa hingga turunan pertama.Totalnya, diperkirakan akan menjadi 12.240.000 telur nyamuk.
Jika diperlukan, perkembangbiakan akan dilakukan hingga turunan kedua dan total akan mencapai 600 juta telur nyamuk. Pada 25-26 Juni 2015 lalu, telah dikumpulkan jentik nyamuk di provinsi Sumatera Barat dan proses pemilahan jentik di kota Padang.
“Sebagian nyamuk dan jentik ini, kemudian akan diuji kepekaannya terhadap lima jenis insektisida yang biasa digunakan di Indonesia,” terang Tjandra di Jakarta, Jumat (26/6/2015).
Jika terdapat insektisida yang tidak mempan membasmi nyamuk, tentu penggunannya akan dihentikan untuk pengendalian nyamuk di Indonesia. Hasil penelitian ini diperkirakan segera diketahui pada akhir tahun 2015.
Selama ini, untuk memberantas nyamuk demam berdarah dilakukan dengan cara fogging, yaitu menyemprotkan insektisida menggunakan mesin pada suatu lokasi. Selain itu, juga dilakukan pemberantasan jentik-jentik nyamuk di berbagai genangan air yang ada di sekitar rumah.
Penelitian mengenai adakah resistensi nyamuk terhadap insektisida ini perlu dilakukan, mengingat kasus DBD dari tahun ke tahun selalu muncul dalam jumlah yang tak sedikit.
Seperti diketahui, Indonesia pernah tercatat secagai negara kedua dengan kasus DBS terbesar terbesar di antara 30 negara atau wilayah endemis DBD. Pada rentang waktu 2001 hingga 2011 rata-rata terjadi 94.564 kasus dan 472 hingga 1446 orang diantaranya meninggal dunia per tahun. Hingga saat ini, Indonesia belum juga bebas dari wabah DBD. Di Jakarta saja sudah terdapat sekitar 3400 kasus DBD yang tercatat sejak Januari-Juni 2015.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.