Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Internet Tidak Bisa Menggantikan Diagnosis Dokter

Kompas.com - 24/07/2015, 10:00 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Salah satu hal yang diperoleh dari kemajuan teknologi adalah kemudahan dalam mencari informasi. Termasuk informasi terkait kesehatan (baca: penyakit). Meski informasi dapat diketahui dalam satu kali klik, ada baiknya tidak menggantungkan diri pada suatu laman atau aplikasi, terutama yang berhubungan dengan penyakit. 


Temuan dari studi terbaru menunjukkan bahwa pengecek simtom, yaitu alat yang meminta informasi dan menyarankan diagnosis, hanya akurat sekitar setengahnya saja. Hasil diperoleh oleh Harvard Medical School  yang mengulas 23 situs, di antaranya seperti WebMD, Mayo Clinic, dan DocResponse. Sepertiga memuat diagnosis yang cocok sebagai pilihan pertama bagi pasien. Setengah situs memiliki diagnosis tepat di antara tiga hasil teratas dan 58 persen memuatnya dalam 20 saran teratas. 


Para periset memasukkan simtom 45 pasien dari skema yang digunakan dalam melatih mahasiswa kedokteran. Diagnosis online pertama Mayo Clinic cocok sekitar 17 persen dalam suatu waktu, tetapi memiliki ketepatan diagnosis atas daftar 20 dalam 76 persen kasus. 


Dikatakan Dr. John Wikinson, yang mengerjakan pengecek simtom Mayo, alat tersebut mengarahkan pasien pada riset medis dan menyiapkan mereka untuk berkonsultasi dengan dokternya. "Kami selalu mencoba untuk memperbarui, tetapi bila sebagian besar waktu diagnosis yang cocok dimasukkan dalam daftar kemungkinan, ini yang kami coba lakukan," imbuhnya. 


Selain situs kesehatan, Jason Maude juga membuat alat atau aplikasi performa tinggi yang disebut Isabel. Dalam studi ini, Isabel memiliki peringkat yang baik. Setidaknya, alat tersebut menunjukkan jawaban tepat, lebih dari 40 persen dari banyak waktu untuk diagnosis pertama serta 84 persen untuk 20 jawaban teratas.


Hasil yang tinggi ini, dikatakan Maude, kemungkinan karena situs tersebut memungkinkan pasien mengetikkan deskripsi mereka atas simtom yang ada. Sebagai contoh, mereka dapat mengutarakan sakit perut atau kram perut dibandingkan pilihan lebih klinis dari nyeri abdominal yang digunakan banyak alat pengecek simtom online. 


Dan Isabel ini, hanya menanyakan dua atau tiga pertanyaan sebelum pasien mendeskripsikan masalahnya, dibandingkan dengan situs yang menanyakan pasien untuk mengklik 20 pertanyaan. 


Hanya saja, satu dari penulis riset, Dr. Ateev Mehrotra menegaskan pasien untuk berhati-hati ketika menggunakan alat tersebut. "Situs ini bukan menggantikan untuk pergi ke dokter dan mendapatkan evaluasi serta diagnosis menyeluruh. Mereka hanya menyediakan sejumlah informasi atas hal yang mungkin terjadi pada Anda," terangnya. 


Meski demikian, lanjut Dr. Mehrotra, sarana online ini masih lebih baik daripada hanya sekadar pencarian internet secara acak. 


"Poin keseluruhannya, ditegaskan Maude, adalah bukan membuat pasien melawan atau menggantikan dokter, tetapi untuk membuat pasien memiliki informasi lebih baik dan mengajukan pertanyaan kepada dokter lebih baik dan bersama-sama mereka dapat melakukan kerja yang lebih baik."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau