Mereka mendapatkan Sofosbuvir setelah staf IAC lainnya, Irwandy Widjaja membeli obat tersebut di India. Sebab, obat ini belum tersedia di Indonesia. Obat versi generik tersebut, dibeli secara mandiri melalui bantuan jaringan aktivis ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Dengan mengirimkan rekam medis keempat orang rekannya itu, Irwandy dapat membeli sofosbuvir.
Hemoglobin dan fungsi hati mereka normal selama mengonsumsi obat generik tersebut. Kemudian, setelah satu bulan atau 4 minggu dilakukan pengecekan jumlah virus hepatitis C dari masing-masing staf IAC tersebut.
Sayangnya, obat generik sofosbuvir belum bisa diakses masyarakat di Indonesia. Selain lebih ampuh untuk mengatasi virus hepatitis C, obat ini juga jauh lebih murah.
Advocacy & Policy Officer IAC Sindi Putri mengungkapkan, obat yang saat ini digunakan pasien hepatitis C di Indonesia, yaitu Pegylated Interferon. Obat ini tidak terlalu efektif untuk menghilangkan virus hepatitis C dan memiliki efek samping. "Obat hepatitis C yang saat ini digunakan di Indonesia harganya sekitar Rp 80 juta untuk sekali pengobatan," kata Sindi.
Adapun, obat sofosbuvir generik di India, yaitu seharga sekitar Rp 24 juta, termasuk obat Ribarvin, untuk sekali pengobatan. Harga satu botolnya sendiri sekitar Rp 2,6-3,6 juta. Obat sofosbuvir ini pun diharapkan bisa segera didapatkan di Indonesia dan masuk program Jaminan Kesehatan Nasional.