JAKARTA, KOMPAS.com - Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit kejiwaan juga membutuhkan deteksi dini agar proses penyembuhan lebih baiik. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Suryo Dharmono mengungkapkan, gangguan jiwa misalnya, bisa muncul sejak usia anak-anak dan remaja.
"Bisa dikatakan sebagian besar gangguan jiwa yang muncul pada dewasa itu bisa onsetnya (gejalanya) dimulai pada usia remaja," kata Suryo di sela-sela acara Pekan Proyeksi Jiwa di Universitas Atma Jaya, Jakarta, Senin (6/10/2015).
Salah satu contohnya yaitu gangguan bipolar. Menurut Suryo sekitar 20-30 persen gangguan bipolar muncul pada usia 13-15 tahun. Namun, sering kali baru diketahui ketika dewasa.
Menurut Suryo, orangtua maupun guru di sekolah harus peka dengan perubahan yang terjadi tiba-tiba pada anak. Misalnya, anak sangat pendiam, sangat nakal atau tiba-tiba menarik diri dari lingkungan, atau nilai di sekolah tiba-turun drastis.
"Perubahan perilaku ini jangan selalu dikaitkan dengan jangan-jangan anak pakai narkoba. Tapi, ini adalah indikasi awal," jelas Suryo.
Namun, bukan berarti setiap perubahan perilaku pada anak merupakan gangguan kejiwaan. Ketika ada perubahan perilaku itu, guru bimbingan konseling atau psikolog sekolah bisa melakukan pendekatan. Jika butuh penanganan selanjutnya, bisa dirujuk ke psikiater anak. Suryo menegaskan, jika anak didiagnosis gangguan jiwa, lantas jangan muncul stigma dari lingkungan sekitar.
"Itu bisa dikenali lebih dini, sehingga bisa ditangani dengan benar. Bukan dikenali, dia malah dapat stigma. Repotnya sekarang kan begitu," kata Suryo. Jika terdeteksi sejak dini, maka proses penyembuhan akan lebih baik. Anak-anak maupun remaja bisa melanjutkan hidupnya lebih baik lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.