KOMPAS.com - Pembicaraan tentang cara mengatasi rasa stres yang kerap dialami oleh ibu hamil terus dilakukan sepanjang waktu. Bagaimana tidak, menurut penelitian, sekitar 10-20 persen ibu hamil kerap dilanda stres. Rasa stres biasanya timbul akibat kondisi kesehatan yang menurun, rasa takut tak bisa menjadi orang tua yang baik, hingga persoalan finansial.
Namun, menurut para peneliti dari McGill University, rasa stres nyatanya tak hanya dialami oleh para calon ibu baru. Para pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah dari buah hati pertamanya pun bisa terkena sindrom stres kehamilan atau pregnancy blues.
Sekitar 13 persen para calon ayah baru melaporkan gejala depresi saat pasangan mereka memasuki trimester ketiga. Begitulah isi dari sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Health Public pada September lalu.
Terlebih bagi pria yang sudah mengalami stres sebelum pasangan mereka hamil, mengahadapi kehidupan baru menjadi seorang ayah bisa menambah tekanan tersendiri. Karena itu, peneliti menganggap bahwa dukungan kesehatan mental sebaiknya juga diberikan untuk para calon ayah.
“Perempuan cenderung mendapatkan bantuan untuk mengatasi stres selama kehamilan. Tetapi tak ada yang bertanya ‘Ayah, bagaimana perasaanmu?” kata Deborah Da Costa, profesor dari departemen kesehatan di McGill kepada The Huffington Post.
Selama penelitian, para peneliti melakukan survei kepada 622 calon ayah baru di Quebec, Kanada, selama hampir dua tahun. Mereka menganalisa faktor-faktor berupa aktivitas fisik, kualitas tidur, dukungan sosial, pekerjaan, penghasilan, serta peristiwa hidup yang memicu stres. Walau yang menjadi fokus utama dalam kasus pregnancy blues adalah seorang ibu, stres yang dialami ayah juga dapat memiliki efek jangka panjang bagi anak-anaknya.
Mengacu pada studi yang pernah diterbitkan dalam Journal of Child Psychology and Psychiatry and Allied Disciplines tahun 2008, dijelaskan bahwa anak-anak dari seorang ayah yang mengalami depresi, walau pada saat itu mereka masih di dalam kandungan, berpotensi tinggi mengalami masalah sikap dan emosi di kemudian hari.
Pasalnya, saat ayah mengalami pregnancy blues, pasangannya cenderung tak bisa mendapatkan dukungan emosional yang berkualitas. Padahal, ketika hamil perempuan butuh dukungan penuh untuk bisa merasa bahagia dan aman dalam menghadapi proses kelahiran. Itulah yang akhirnya memberi pengaruh pada bayi.
Studi yang diangkat dalam Journal of Family Psychology di tahun 2012 menemukan, hubungan yang berkualitas antara ayah dan ibu selama kehamilan dapat menurunkan risiko depresi pada ibu hamil. Sehingga, meningkatkan kesejahteraan bayi dalam kandungan.
Untuk itu, Da Costa menyarankan agar tiap pasangan saling mendukung penuh satu sama lain, peduli terhadap perasaan pasangannya, dan tidak ada yang merasa siapa yang perlu mendapat perhatian lebih. Sebab, kebahagiaan ayah dan ibu menjadi kunci yang sama penting dalam melahirkan bayi-bayi yang sehat secara fisik maupun emosional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.