"Perubahan perilaku bermacam-macam, tiap anak berbeda-beda. Orangtua harus lebih aware," kata Suzy dalam seminar di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Herdjan, Jakarta, Kamis (22/10/2015).
Suzy mencontohkan kasus anak berusia 12 tahun yang mengalami kekerasan seksual sejak November 2013 hingga 2014. Anak tersebut mengalami perubahan perilaku, antara lain sering mengigau dengan ekspresi ketakutan, susah tidur, mudah emosi, sering tegang saat menyaksikan adegan kekerasan. Anak itu juga jadi sering melihat perempuan di sinetron. "Anak tersebut juga terlihat sering mengulum-ngulum mulut," lanjut Suzy.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menambahkan, kedekatan dan kasih sayang orangtua pada anak sangat penting. Jadilah teman bercerita anak dan hindari terlalu sering memarahi anak, agar bisa lebih terbuka kepada orangtua.
"Anak tiba-tiba sering ngompol lagi, malah dimarahi. Ada tamu laki-laki datang dan anak mengumpat di balik lemari, dimarahi karena dibilang tidak sopan. Padahal itu bisa jadi tanda. Kalau sering dimarahi anak jadi takut mau cerita mendapat kekerasan seksual," papar Arist.