JAKARTA, KOMPAS.com - Meninggalnya dokter muda Dionisius Giri Samudera yang sedang bertugas di Kepulauan Aru, Maluku menyisakan duka mendalam. Kendala transportasi di kepulauan terpencil itu diduga sebagai salah satu penyebab tak tertolongnya dokter yang akrab disapa Andra itu.
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek pun menyatakan belasungkawa dan angkat bicara mengenai peristiwa itu. "Memang semua orang enggak bisa diprediksi kapan sakit. Mungkin almarhum dapat penyakit cukup berat," kata Nila di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Kamis (12/11/2015).
Nila mengatakan, berdasarkan informasi yang ia terima, Andra menderita infeksi di otak dan demam. Menurut Nila, tempat Andra dirawat, yaitu di RSUD Cendrawasih, Dobo di Kepulauan Aru merupakan salah rumah sakit yang cukup baik di daerah tersebut.
"Ini rumah sakit sudah cukup baik. Ada dokter spesialisnya. Itu rumah sakit tipe D, sudah seperti tipe C," jelas Nila.
Di rumah sakit itu pula, Andra menjalani Program Internsip. Nila mengatakan, dokter yang sedang magang di daerah terpencil juga mendapat jaminan kesehatan.
"Bagaimanapun juga tenaga medis diperlukan di daerah-daerah. Karena itu, kita harus lihat di daerah tertinggal, perbatasan. Pantas kita memberikan apresiasi kepada mereka (dokter di daerah terpencil)," kata Nila.
Diberitakan sebelumnya, Andra meninggal dunia di RSUD Cendrawasih, Dobo, Kepulauan Aru, Rabu (11/11/2015) sekitar pukul 18.20 WIT. Dia menjalani perawatan sejak hari Minggu sebelumnya. Tidak adanya sarana transportasi udara di Dobo membuat Andra tidak dapat dirujuk ke luar pulau.
Kini, setelah meninggal dunia, jasad Andra pun sulit dipindahkan karena masalah yang sama, yakni masalah transportasi. Jenazah Andra hanya bisa dibawa menggunakan kapal feri menuju Maluku Tenggara, dengan waktu tempuh sekitar tujuh jam.
Setelah itu, jenazah baru akan diterbangkan lagi ke Bandara Pattimura, Ambon, sebelum akhirnya dibawa ke Jakarta untuk diserahkan kepada pihak keluarga.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Meikyel Pontoh mengatakan, kasus Andra sekaligus mengungkap, bagaimana kondisi masyarakat di kepulauan selama ini ketika mengalami kondisi sakit parah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.