JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak orangtua menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab anak lahir dengan autisme. Padahal, penyebab autisme atau dalam bahasa medis dikenal dengan gangguan spektrum autistik (GSA), hingga saat ini belum diketahui pasti.
Dokter spesialis kedokteran jiwa-konsultan psikiatri anak dan remaja, Ika Widyawati mengatakan, penelitian sejauh ini melihat adanya faktor genetik, gangguan neurologis dan biokimia di otak. Namun, belum jelas gen maupun kromosom apa yang menyebabkan autisme.
“Penyebab autisme ibarat puzzle, masih banyak potongan puzzle yang belum ditemukan,” kata Ika dalam diskusi di Jakarta beberapa waktu lalu.
Psikiater dari Klinik Tumbuh Kembang dan Edukasi Terpadu Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) ini mengatakan, ada beberapa area di otak anak dengan autism yang mengalami gangguan.
Ika menjelaskan, dalam otak ibaratnya terdapat banyak cabang-cabang yang menyampaikan impuls (rangsangan) dan terdapat neurotransmitter. Pada anak dengan autisme diketahui salah satunya memiliki neurotransmitter dopamin yang berlebihan sehingga menghambat penyampaian impuls di otak.
Cabang-cabang di otak anak dengan autisme juga diketahui lebih pendek. “Akibatnya, autisme memiliki keterlambatan dalam beberapa perkembangan, termasuk perkembangan intelektual,” jelas Ika.
Ika juga menegaskan, autisme bukan disebabkan oleh pemberian vaksin. Tidak ada vaksin yang dapat menyebabkan anak menjadi autisme di kemudian hari. Isu tersebut sempat membuat kasus infeksi menjadi tinggi karena banyak orangtua tidak memberikan anak imunisasi.
Gangguan autisme umumnya muncul pada usia dini, yaitu di bawah 3 tahun. Dibanding perempuan, anak laki-laki lebih banyak ditemui dengan autisme. Penyebab mengapa anak laki-laki lebih banyak mengalami autisme juga belum diketahui pasti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.